Berita Tanahlaut

Dinkes Minta Warga Maksimalkan Kesehatan Lingkungan, Ini Tujuannya

Penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tanahlaut, Kalsel hingga saat ini masih terjadi

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Kamardi Fatih
banjarmasin post
PETUGAS Dinkes Tala melakukan pengasapan (fogging) di lokasi positif kasus DBD. Saat ini kasus DBD di Tala mengalami kenaikan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tanahlaut, Kalsel hingga saat ini masih terjadi.

Bahkan, satu orang warga di Desa Gunungmelati, Kecamatan Batuampar, berdasar informasi terhimpun, Selasa (5/3), dikabarkan meninggal akibat DBD.

Namun, menurut pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Tanahlaut belum tentu dikarenakan demam berdarah. Sebab, dalam banyak kasus meninggal yang santer disebut DBD di kalangan masyarakat, namun ternyata dikarenakan penyakit lain.

"Untuk mengetahui apakah meninggal akibat DBD, kita harus lihat datanya, hitam putihnya," ucap Kepala Dinkes Tanahlaut, dr Hj Isna Farida.

Ia mengatakan bisa jadi penyebab kematian dikarenakan penyakit lain yang telah lebih dulu dialami. "Dengan kata lain berbarengan sehingga tidak murni karena DBD," jelasnya.

Dia mengimbau masyarakat untuk memperkuat kesehatan lingkungan (kesling) guna mencegah penularan DBD. Caranya cukup mudah yakni menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Saat ini curah hujan memang cenderung menurun. Namun demikian kewaspadaan tetap penting karena di tempat tertentu masih dimungkinkan ada genangan-genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan atau kembang biak nyamuk aedes aegypti.

Sebagai informasi, nyamuk berwarna hitam berbintik putih ini adalah vektor atau perantara penularan virus DBD.

Nyamuk ini hanya berkembang biak di air jernih seperti genangan air hujan di ban bekas, vas bunga, di botol bekas air mineral, bak mandi, dan sejenisnya.

Karena itu, dikatakan Isna, semua tempat atau barang yang bisa menampung air hujan harus dibersihkan, termasuk pagar bambu yang kerap dipasang pada momen Agustusan, juga mesti diwaspadai karena bagian atas bisa menampung air hujan.

Sedangkan fogging, diakui Isna, merupakan upaya tambahan untuk membantu pencegahan penularan DBD. Namun ini langkah terakhir karena tingkat keefektifannya juga rendah dikarenakan cuma membunuh larva dewasa aedes aegypti.

Diskes juga tetap melakukan fogging di lokasi yang ditemukan kasus positif DBD serta melayani permintaan masyarakat dengan pertimbangan tertentu.

Ia mengatakan untuk keperluan pembasmian nyamuk dewasa aedes aegypti, masyarakat bisa melakukan secara mandiri yakni menggunakan insektisida antinyamuk atau yang familiar disebut semprotan nyamuk.

"Itu sama saja dengan fogging. Tentu kapasitas menyemprotnya harus dimaksimalkan agar benar-benar menjangkau semua tempat yang dimungkinkan ada nyamuk dewasa aedes aegypti-nya," katanya.

Dikatakannya kasus penularan DBD di Tala saat ini cenderung mengalami penurunan. Contohnya pada Januari 2024 tercatat 148 kasus positif, dan hingga 23 Februari turun menjadi hanya 131 kasus. (idda royani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved