Berita Tanahlaut

Sepi Murid, Dinas Pendidikan Tanahlaut Sebut Empat Sekolah Kemungkinan akan Digabung

Sejumlah sekolah di Kalsel  kekurangan siswa. Hal ini antara lain dialami sekolah dasar negeri (SDN) di lokasi transmigrasi

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar wahid
Ilustrasi: Guru SDN Sampurna 2 di Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit mengajar 9 siswa. 

BANJARMASINPOST.CO.ID- Sejumlah sekolah di Kalimantan Selatan (Kalsel) kekurangan siswa. Hal ini antara lain dialami sekolah dasar negeri (SDN) di lokasi transmigrasi.

Namun minimnya murid tidak terjadi di lokasi transmigran di Kabupaten Tanahlaut (Tala). Hal ini karena permukiman tersebut berkembang.

Bahkan banyak yang menjadi desa maju. Bertambahnya penduduk membuat sejumlah wilayah eks transmigrasi dimekarkan.

Pogram transmigrasi terakhir di Tala yakni di Desa Sungaipinang, Kecamatan Tambangulang, sekitar 20 tahun silam.

Baca juga: Songsong Tuan Rumah Porprov 2025, Pemkab Tala Bangun Tribun Baru dan Lintasan Atletik

Baca juga: Geger Mayat Bayi Lengkap dengan Tali Pusar Ditemukan di Jalan AKT Gang Keramat Banjarmasin

Saat itu anak-anak setempat bersekolah ke induk kampung karena jaraknya tak begitu jauh.

swa tercatat pernah terjadi di kawasan Pulau Ubi di Desa Batakan, Kecamatan Panyipatan. Namun sejak belasan tahun silam sekolah setempat telah digabung (regrouping) ke sekolah terdekat lainnya.

Apakah saat ini ada SDN atau SMPN di Tala yang minim siswa? Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tala Abdillah ketika dikonfirmasi mengatakan belum mengetahui.

Terpisah, Kepala Bidang Pembinaan SD Didik Tanahlaut Myrza Fazrina mengatakan saat ini pihaknya masih mendata. “Belum terkumpul semua datanya,” ucapnya.

Dikatakannya, di Tala saat ini tercatat ada 246 sekolah dasar. Terdiri atas 235 SDN dan 11 sekolah dasar swasta.

Apakah ada rencana regrouping sekolah? “Belum ada. Mungkin tahun depan,” kata Myrza.

Pejabat eselon III ini menerangkan ada empat SDN yang memungkinkan dilakukan regrouping di dua tempat berbeda.

Kalau pun jadi diregrouping, penyebabnya bukan karena minim siswa. Tapi, karena letaknya berdekatan, bersebelahan.

Bahkan halamannya menyambung atau menjadi satu halaman bersama. Hal seperti ini dijumpai pada dua SDN di Kecamatan Takisung.

Hal ini juga dijumpai pada dua SDN di Kecamatan Tambangulang. “Kalau muridnya, semuanya banyak saja,” sebut Myrza.

Karena itu andaikan di-regrouping maka jumlah rombongan belajar tetap sama atau tidak berubah. Hanya manajemennya saja yang menjadi satu. Dengan kata lain menjadi satu unit pelaksana teknis (UPT) dari semula dua UPT SDN. (Banjarmasinpost.co.id//idda royani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved