Opini

Siapa Bilang SDM Perempuan Rendah?

KEPEMIMPINAN adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang memengaruhi dan mengarahkan pengikutnya atau anggota dari suatu organisasi

Editor: Edi Nugroho
Dokumentasi Banjarmasinpost.co.id
Dr. Muhammad Syarkawi Rauf Member of ASEAN Competition Institute - ACI 

Oleh: Dr. Muhammad Syarkawi Rauf
Member of ASEAN Competition Institute - ACI

KEPEMIMPINAN adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang memengaruhi dan mengarahkan pengikutnya atau anggota dari suatu organisasi, masyarakat atau tim.

Pemimpin menggerakkan orang-orang dalam kepemimpinannya dengan visi dengan selalu berpikir strategis berorientasi ke depan (forward looking).

Dalam konteks kepemimpinan perempuan yang saat ini berkembang sangat pesat seiring modernisasi yang mendorong kesetaraan gender. Hasil survei menunjukkan bahwa proporsi perempuan pada posisi strategis perusahaan terus bertumbuh, serta berpotensi memberikan tambahan terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar USD 28 triliun.

Secara nasional, kondisi ini tercermin pada semakin kuatnya eksistensi perempuan di ruang publik dalam dua dekade terakhir. Hal ini dapat diamati pada Global Gender Gap Report (GGGR) tahun 2023 yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF). Dimana Indeks Kesenjangan Gender Global Indonesia (IKGGI) semakin baik, yaitu 0,697 pada 2023.

Baca juga: Perhatikan Masa Depan Korban

Baca juga: Kalsel Dapat Tambahan Pesawat Cesna 208 untuk Tangani Karhutla, Tugasnya Pantau Titik Api

Dimana, Indonesia mengalami kenaikan peringkat IKGGI menjadi 87 tahun 2023 dari sebelumnya 92 dari 146 negara pada 2022. IKGGI mencakup empat dimensi, yaitu: pendidikan, kesehatan, kelangsungan hidup, partisipasi dan peluang ekonomi, serta pemberdayaan politik perempuan.

Peningkatan peringkat IKGGI Indonesia karena perbaikan pada aspek pendidikan dengan nilai 0,972 tahun 2023 yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender di sektor pendidikan Indonesia telah mencapai keseimbangan. Sementara, dimensi kesehatan dan kelangsungan hidup Indonesia berada pada skor 0,970 poin.

Selanjutnya, dimensi partisipasi dan peluang ekonomi di Indonesia sudah lebih baik dengan skor 0,666. Namun, dimensi pemberdayaan politik perempuan masih rendah dengan nilai 0,181. Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia tahun 2023 sebesar 0,447, turun 0,012 dibandingkan IKG tahun 2022.

Perbaikan ketimpangan gender didukung oleh perbaikan di semua dimensi IKG. Dimana partisipasi politik perempuan mengalami peningkatan, ditunjukkan oleh porsi perempuan di legislatif, staf senior dan manajerial perusahaan yang meningkat dari 29,70 persen tahun 2021 menjadi 30 persen tahun 2023.

Berkurangnya ketimpangan gender ditopang oleh perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perempuan. Hal ini ditunjang oleh akses perempuan ke pendidikan berkualitas yang semakin luas. Sesuai hasil Susenas bahwa perempuan muda yang mengenyam pendidikan lebih banyak dibanding laki-laki. Dimana, proporsi perempuan berusia 7 - 23 tahun yang bersekolah mencapai 75,08 persen, sedangkan laki-laki 72,89 persen pada Maret 2023

Namun, partisipasi perempuan untuk memperoleh gelar pendidikan tinggi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya akses pendidikan tinggi bagi perempuan, khususnya di kawasan pedesaan. Kecenderungan ini dapat diamati pada data Susenas tahun 2022 yang menunjukkan bahwa ijazah tertinggi yang dimiliki perempuan di pedesaan adalah Sekolah Dasar (SD) sebesar 31,28 persen.

Hal ini kontras dengan daerah perkotaan yang sebagian besar perempuannya adalah lulusan SMA/SMK sebesar 33,36 persen. Sementara persentase perempuan yang lulus dari perguruan tinggi di perkotaan sekitar 13,97 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan di pedesaan yang hanya 6 persen.

Perempuan yang tidak memiliki ijazah atau tidak pernah bersekolah formal di pedesaan sebanyak 19,77 persen, yaitu lebih banyak dibandingkan perkotaan sekitar 10,26 persen. Dimana terdapat sekitar 7,35 persen perempuan usia 15 tahun ke atas di daerah pedesaan yang buta huruf, sedangkan di perkotaan hanya 2,83 persen.

Kecenderungan ini berdampak pada daya saing perempuan di dunia kerja. Hal ini tercermin pada upah rata-rata per jam pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Dimana, pekerja perempuan memperoleh Rp. 17.848,00, sementara laki-laki mendapat upah rata-rata per jam sebesar Rp. 18.210,00.

Dalam pasar tenaga kerja formal, kontribusi perempuan hanya sekitar 35,57 persen. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih banyak bekerja di sektor informal dengan persentase mencapai 63,80 persen.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Akhir Bahagia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved