Berita Nasional

177 Mengungsi ke Wureh Pascakonflik Antar Desa di Flores Timur, Konflik Berlangsung Sejak 1970

Ratusan jiwa terpaksa mengungsi imbas konflik tapal batas tanah antar Desa Bugalima dan Desa Ilepati di Kecamatan Adonara Barat, Flores Timur, NTT.

Editor: Mariana
TribunFlores.com
Seorang Anggota Polisi dari Polres Flores Timur sedang memantau salah satu rumah warga yang terbakar di Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat pasca Konflik. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Ratusan jiwa terpaksa mengungsi imbas konflik tapal batas tanah antar Desa Bugalima dan Desa Ilepati di Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sejumlah rumah warga di Desa Bugalima dibakar oleh massa saat konflik antar desa terjadi.

Pascakonflik yang terjadi Senin (21/10/2024) lalu, ada 177 jiwa atau 52 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi ke Desa Wureh.

Mereka mengungsi di rumah-rumah penduduk karena kondisi desanya tak kondusif.

"Ada 52 KK atau 177 jiwa yang mengungsi ke Wureh, mereka menempati rumah-rumah penduduk dan malam setelah doa, mereka tidur di dua Kapela, sementara yang lainnya di rumah warga," kata Sekretaris Desa Wureh, Florianus Karwayu, Rabu (23/10/2024).

Baca juga: Link Nonton Debat Cagub Kalsel 2024 Muhidin vs Acil Odah, Akses TV Online TVRI, CNN, Duta TV

Baca juga: Kuak Hasil Visum Anak Polisi yang Ngaku Dipukul Guru Honorer Supriyani, PGRI Sultra: Jatuh di Sawah

Kepada TribunFlores.com, para warga yang mengungsi ini membutuhkan bantuan seperti air minum hingga perlengkapan tidur setelah rumah terbakar.

"Yang dibutuhkan saat ini itu air, perlengkapan tidur, karena saat terjadi kebakaran itu, seluruh rumah warga ludes terbakar," jelasnya.

Florianus menuturkan, para pengungsi kembali ke Desa Bugalima setelah sarapan untuk memberi makan ternak.

Setelah itu, mereka kembali ke Desa Wureh pada sore hari.

Anak-anak Trauma

Sementara itu, anak-anak di Desa Bugalima alami trauma usai konflik antar desa.

Trauma tersebut dialami salah satunya oleh anak dari Natalia Leni (44) warga Desa Bugalima.

Ia menceritakan, saat kejadian, ia mendengar seperti ledakan bom di sekitar kampung.

Mendengar suara tersebut, ia langsung membangunkan kelima anaknya dan berlari melewati kebun menuju Desa Wureh sejauh satu kilometer.

Setibanya di Desa Wureh, Natalia bersama suaminya menyeberang ke Kota Larantuka untuk mengungsi di kos yang disewa untuk anak keduanya yang masih duduk di bangku SMA.

"Pas ledakan itu, kami lari lewat kebun ke Desa Wureh untuk mengungsi di Wureh sementara, malam jam 7, kami mengungsi ke Larantuka di anak nomor dua punya kos," ujar Natalia, dikutip dari TribunFlores.com.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved