Erna Lisa Halaby

Menggeser Paradigma Pengobatan Menjadi Promotif dan Preventif 

paradigma pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru 5 tahun ke depan yang difokuskan pada upaya promotif dan preventif, yaitu “mencegah orang sehat sakit

Editor: Irfani Rahman
Foto Ist
Hj Erna Lisa Halaby 

Oleh: Hj Erna Lisa Halaby (Ketua Yayasan Abdul Aziz Halaby)

BANJARMASINPOST.CO.ID - Paradigma pembangunan kesehatan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) secara eksplisit menyebutkan bahwa arah pembangunan kesehatan adalah “ensuring healthy lives and promoting well-being at all ages.” Pembangunan kesehatan bertujuan untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan di segala usia.

Hal ini pula yang akan menjadi paradigma pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru dalam 5 tahun ke depan yang difokuskan pada upaya promotif dan preventif, yaitu “mencegah orang sehat jatuh sakit tanpa mengabaikan pelayanan kesehatan terhadap mereka yang sedang sakit.” Pembangunan kesehatan diarahkan pada gerakan hidup sehat dengan mempromosikan perilaku hidup sehat. 

Pemerintah Kota Banjarbaru dalam 5 tahun ke depan harus berani menggeser prioritas anggaran, dari strategi menyembuhkan orang sakit menjadi menjaga orang sehat tidak jatuh sakit. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah merevitalisasi peran Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Yandu. 

Saat ini, di Kota Banjarbaru terdapat enam rumah sakit umum, yaitu 3 di Kecamatan Landasan Ulin, 2 di Kecamatan Banjarbaru Utara dan 1 di Kecamatan Banjarbaru Selatan. Sementara Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) jumlahnya 9, yaitu masing-masing kecamatan terdapat 2 Puskesmas, kecuali di Kecamatan Cempaka yang hanya 1 Puskesmas. 

Sementara Puskesmas Pembantu (Pustu) jumlahnya lebih banyak, yaitu 14 unit. Dimana Pustu terbanyak di Kecamatan Cempaka sebanyak 5 unit, Kecamatan Landasan Ulin 3 unit, Kecamatan Liang Anggan sebanyak 2 unit, Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan masing-masing 2 unit. 

Pelayanan kesehatan terbanyak di Kota Banjarbaru adalah Posyandu berjumlah 157 unit. Pelayanan Posyandu terbanyak terdapat di Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Banjarbaru Utara masing-masing 39 dan 38 unit. Kecamatan lainnya jumlahnya lebih sedikit, yaitu 28 di Kecamatan Landasan Ulin, 31 di Cempaka, dan 21 di Banjarbaru Selatan. 

Unit pelayanan Posyandu jumlahnya sangat banyak karena menjangkau hingga tingkat dusun. Artinya, ke depan Posyandu akan menjadi ujung tombak dalam upaya pemerintah Kota Banjarbaru mewujudkan “Banjarbaru Sehat 2030”. Dimana, kegiatan Posyandu tidak hanya fokus pada ibu dan bayi saja tetapi juga melayani penduduk dewasa serta lansia. 

Perluasan pelayanan kesehatan di Posyandu akan ditunjang oleh program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan Posyandu. Saat ini, kader Posyandu yang jumlahnya sekitar 2 – 3 orang akan diberikan program pelatihan dan pendidikan sehingga memiliki kompetensi yang lebih baik. 

Selanjutnya, transformasi pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru juga akan diarahkan pada peningkatan peran Puskesmas. Dimana peralatan kesehatan Puskesmas akan dilengkapi dengan teknologi terbaru, termasuk layanan ultrsonografi (USG) sehingga menjangkau seluruh ibu yang sedang hamil. Pemerintah Kota Banjarbaru harus bisa menekan serendah mungkin jumlah ibu atau bayi yang meninggal akibat buruknya persiapan persalinan.

Hal paling mendasar adalah transformasi pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru yang diarahkan pada peningkatan peran keluarga, khususnya ibu-ibu rumah tangga sehingga berperan optimal di garda terdepan memberikan pelayan kesehatan bagi keluarganya. Dimana, sebelum dilayani dokter keluarga, peran ibu rumah tangga pada umumnya yang paling pertama memberikan layanan kesehatan di keluarganya. 

Pelayanan dasar dari seorang ibu adalah mengukur suhu tubuh, mengecek saturasi oksigen hingga melakukan pengecekan gula darah. Visi-nya, perluasan pelayanan primer di masing-masing keluarga menjadi sebuah gerakan, tidak hanya Posyandu. Sehingga ke depan, pemerintah Kota Banjarbaru dapat melakukan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga yang perannya akan didukung oleh keberadaan dokter keluarga. 

Optimalisasi peran ibu rumah tangga dalam promosi dan pelayanan kesehatan juga dapat dilakukan melalui program telemedicine memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Pelayanan kesehatan dilakukan secara online oleh setiap keluarga yang dilayani oleh tenaga medis, dalam hal ini dokter umum dan dokter gigi. 

Program pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru difokuskan pada pengembangan dokter keluarga. Dimana, salah satu negara yang dapat menjadi rujukan adalah Singapura dengan rasio 1 - 2 dokter per 1.000 penduduk. Bahkan Singapura sedang melakukan revisi terhadap program dokter keluarganya sehingga mencapai rasio 4 – 5 dokter per 1.000 penduduk. 

Jika jumlah penduduk Kota Banjarbaru sekitar 262,73 ribu penduduk tahun 2022 maka dengan rasio 1 dokter per 1.000 penduduk, dibutuhkan tenaga medis 263 orang. Namun, jika rasionya dinaikkan menjadi 2 dokter per 1.000 penduduk sesuai best practice internasional, seperti negara-negara maju maka dibutuhkan 536 dokter. 

Saat ini, sejalan dengan data BPS tahun 2023, ketersediaan tenaga medis (dokter umum dan gigi) di Kota Banjarbaru sekitar 356 orang. Jumlah tenaga medis terbanyak ada di Kecamatan Landasan Ulin, yaitu 115 orang, kemudian selanjutnya Kecamatan Banjarbaru Utara 96 orang, Kecamatan Banjarbaru Selatan 76 orang, Kecamatan Liang Anggang 60 orang dan paling sedikit adalah Kecamatan Cempaka hanya 9 orang tenaga medis. 

Artinya, dengan ketersediaan dokter 356 berdasarkan rasio 1 dokter per 1.000 penduduk maka kondisinya untuk Kota Banjarbaru sudah sangat ideal yang kebutuhan dokternya hanya 263. Namun, jika rasionya dinaikkan menjadi 3 dokter per 1.000 penduduk maka Kota Banjarbaru masih defisit 433 dokter sehingga setara dengan program dokter keluarga di Singapura. 

Singkatnya, paradigma pembangunan kesehatan Kota Banjarbaru yang fokus pada promotif dan preventif menjadikan dokter keluarga sebagai ujung tombak bersama-sama dengan ibu rumah tangga. Artinya, pembangunan kesehatan dilakukan dari hulu hingga ke hilir dengan prioritas utama di hulunya, yaitu kampanye hidup sehat, menjaga orang sehat tetap sehat.

Sementara dari sisi anggaran, pengalaman internasional menunjukkan bahwa banyak negara yang angka harapan hidupnya tinggi tetapi pengeluaran kesehatannya rendah. Sebagai contoh, Jepang dengan usia harapan hidup 84 tahun memiliki biaya kesehatan hanya 4.800 USD per kapita per tahun, Korea Selatan 84 tahun dengan biaya 3.600 USD per kapita per tahun, dan Singapura 84 tahun dengan biaya 2.800 USD per kapita per tahun.

Hal ini kontras dengan pengalaman Amerika Serikat (AS) yang angka harapan hidupnya 80 tahun tetapi pengeluaran kesehatannya mencapai 12.000 USD per kapita per tahun. Kata kuncinya adalah paradigma pembangunan kesehatan promotif dan preventif yang mengandalkan program dokter keluarga. 

Idealnya, pemerintah Kota Banjarbaru mengadopsi program dokter keluarga yang sedang dikembangkan Singapura, yaitu menuju rasio 5 dokter keluarga per 1.000 penduduk. Sehingga dengan rasio yang sama, Kota Banjarbaru paling tidak membutuhkan tambahan 959 orang tenaga medis dalam 10 tahun ke depan. Tujuannya, agar seluruh masyarakat Kota Banjarbaru dapat dilayani oleh dokter umum maupun dokter gigi secara optimal.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Waspada ISPA di Pancaroba

 

Menuntut Reforma Agraria

 

Anfa’uhumlinnas

 

MBG, Apa yang Salah?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved