Berita HSS

Angka Warga Obesitas di HSS Masih Kecil, Kasus Rentan di Usia Ini

Dinas Kesehatan HSS selama 2024 capai 6727 (8,3 persen). Ini di bawah dari angka target nasional 21,8 persen untuk obesitas

Penulis: Adiyat Ikhsan | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/adiyat ikhsan
DARU PRIYANTO - Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten HSS, Daru Priyanto, SKM. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN - Tren angka kasus obesitas yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan dapat dikatakan masih kecil.

Dari data Dinas Kesehatan HSS selama 2024 capai 6727 (8,3 persen). Ini di bawah dari angka target nasional 21,8 persen. Angka tersebut merupakan total dari semua umur yang mengalami kasus obesitas.

Namun, kasus obesitas ini bukan ekstrem, sebab kebanyakan yang terjadi dari kelebihan berat badan, tidak sesuai dengan tinggi badan.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes HSS, Daru Priyanto,SKM mengungkapkan untuk akumulasi serentak memang baru dimulai 2024 kemarin. Secara nasional, memang terjadi peningkatan, tapi di HSS terbilang kecil.

“Tetapi ini tidak dapat dipungkiri, angka obesitas bisa naik dari tahun ke tahun, apabila tidak terjadi pola hidup yang sehat,” katanya.

Baca juga: Ketua DPRD HSS Sebut Pasar Kuliner Ramadan Upaya Mendukung UMKM

Baca juga: Mobil Pikap Tabrak Kios Ponsel di Barikin HST, Pemilik Kios Meninggal Dunia di Lokasi

Kelompok rentan, masih terjadi pada usia dewasa dan tua, karena mereka lebih beresiko dengan penyakit yang disebabkan obesitas, seperti jantung, stroke, hipertensi, bahkan kencing manis (DM).

“Kuncinya kembali ke pribadi, untuk mengatur pola hidup sehat dan memakan makanan yang sehat. Obesitas ini kan faktor kebiasaan, ini dapat menyebabkan penyakit lain, sehingga ini jadi indikator dan ditanggulangi, orang obesitas lebih berisiko dari orang yang tidak obesitas,” terangnya.

Penanganan, selalu dilakukan Dinkes melalui program-program di masyarakat, sejak balita dan bayi tentang pemberian ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan di Posyandu, perbaikan pola makan, sosialisasi makan Isi Piringku.

Melakukan aktivitas fisik atau olahraga teratur, tidak mengkonsumsi makan makanan tinggi gula berlebih, pola makan seimbang.

“Dampaknya akan terasa di usia 40 tahun ke atas, salah satunya diabetes tipe 2, hipertensi, darah tinggi, stroke dan DM,” imbuhnya.

Masyarakat diminta untuk mengurangi atau menyesuaikan takaran untuk pemakaian gula, garam dan lemak saat dikonsumsi, kemudian diimbangi dengan sayur dan buah.

(Banjarmasinpost.co.id/Adiyat Ikhsan) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved