Yayasan Amanah Bangun Negeri
Anulito Ingin Matanya Bisa Melihat, Walau Lumpuh
Dua tahun terakhir matanya sering terasa sakit. Setelah itu penglihatan kedua matanya mulai meredup, seperti diselimuti kabut.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Tidak mudah bagi Anulito. Di usia 51 tahun, ia terbaring lemah. Empat tahun lalu kaki kirinya keseleo hingga tulang lututnya bergeser. Kaki kanannya ikut melemah dan tak mampu lagi menopang tubuhnya.
Sehari-hari ia mengandalkan kedua tangannya untuk berpindah tempat. Keadaannya kian berat karena penglihatannya pun perlahan menghilang.
Dua tahun terakhir matanya sering terasa sakit. Setelah itu penglihatan kedua matanya mulai meredup, seperti diselimuti kabut. “Kalau ada cahaya, cuma bisa merasa terang saja,” ujar seorang anggota keluarga yang mendampinginya.
Pukul empat dini hari, ia diantar menggunakan ambulans desa, ditemani dua keluarganya. Meski tubuhnya tidak lagi kuat berjalan, Anulito tetap ingin menjaga sisa harapannya. “Meski sudah tidak bisa jalan, yang penting bisa melihat,” harapan keluarga yang mengantarnya.
Mereka sengaja berangkat pagi buta. Dua jam jadi perjalanan yang harus ditempuh dari Rampa Mea di Dusun Utara ke Kota Buntok. Perjuangan demi bisa terdaftar sebagai pasien penerima operasi buta katarak gratis yang digelar berkat kolaborasi PT Adaro Indonesia, PT Saptaindra Sejati (SIS), dan Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN).
Anulito bukan satu-satunya pasien yang menempuh perjalanan panjang. Beberapa peserta dari Jenamas dan Mengkatip bahkan harus menempuh rute menyusuri Sungai Barito dengan speedboat. Kondisi ini mendapat perhatian Pj Sekda Barito Selatan, Ita Minarni, saat meninjau pelaksanaan operasi di UPTD Labkesda, Senin (24/11/2025).
Operasi dilakukan di dalam mobil khusus yang dilengkapi peralatan medis operasi katarak serta fasilitas pendukung setara ruang tindakan. Mobil ini menjadi sarana penting bagi Adaro dan mitra kerja untuk menghadirkan layanan operasi katarak gratis ke berbagai wilayah, termasuk di Barito Selatan.
Usai melihat langsung prosesnya, Ita menilai keberadaan alat transportasi untuk operasi seperti ini sangat membantu. Fasilitas kesehatan atau rumah sakit dapat lebih mudah menjangkau kecamatan maupun desa.
“Habis operasi, kasihan orang tua kalau harus naik kendaraan jauh. Kalau bisa jemput bola ke desa itu jauh lebih baik,” ujarnya.
Sebanyak 30 mata pasien di Barito Selatan tercatat mendapat bantuan operasi katarak gratis pada kesempatan ini. Mereka menjalani pemeriksaan awal, skrining medis, dan tindakan operasi secara bergiliran di dalam mobil operasi yang telah disiapkan.
Aan Nurhadi, CSR Section Head PT Adaro Indonesia, menyampaikan bahwa katarak merupakan penyakit yang terus muncul dari tahun ke tahun.
“Setiap tahun kejadiannya sekitar dua persen. Jadi operasi ini sifatnya mengurangi angka kejadian, bukan menghilangkan. Di sinilah peran kami, berkolaborasi dengan Pemda Barsel dalam program CSR 2025,” jelasnya.
Komitmen itu sudah dijalankan Adaro sejak 2003 melalui program operasi katarak di enam kabupaten. Hingga saat ini hampir 7.500 mata telah menjalani tindakan. “Semoga kontribusi ini bermanfaat bagi masyarakat, membantu meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas,” tutup Aan.(aol)
| Penggerak Pendidikan Karakter dari Desa Sungai Tuan Ilir, Kisah Inspiratif Guru Binaan YABN |
|
|---|
| Kisah Ibu Eka Menyulap Buah Lokal Jadi Camilan Bernilai Ekonomi |
|
|---|
| Rajutweens, Dari Hobi Jadi Sumber Rezeki |
|
|---|
| Sempat Tak Laku Dijual, Begini Kisah Ibu Eka Jadikan Buah Pepaya Camilan Bernilai Ekonomi |
|
|---|
| Kasus Katarak Usia Remaja, Dokter Program Operasi Katarak di Balangan Cek Kesiapan Mental Pasien |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/Anulito-51-pasien-penerima-operasi-buta-katarak-gratis-asal-Desa-Rampa-Mea.jpg)