Tajuk

Tantangan Guru Sekolah Terpencil

Kebutuhan kompetensi abad 21 semakin menuntut guru untuk adaptif, kreatif, serta inovatif.

Editor: Ratino Taufik
banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki
Ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID - HARI Guru Nasional (HGN) yang dianggap sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa diperingati setiap tanggal 25 November. Dunia pendidikan terus berubah. Teknologi digital berkembang pesat, dan kebutuhan kompetensi abad 21 semakin menuntut guru untuk adaptif, kreatif, serta inovatif.

Di sisi lain, tantangan yang dihadapi guru Indonesia juga semakin kompleks. Jumlah pasti sekolah terpencil di Indonesia tidak tersedia secara spesifik dalam data publik terbaru, tetapi diperkirakan ada ribuan sekolah yang berada di daerah tertinggal, perbatasan, dan pedalaman.  Bahkan, salah anggota DPR Dapil Kalsel 1, Habib Aboe Bakar Alhabsyi, pernah menekankan perlunya refleksi mendalam terhadap kondisi pendidikan saat ini, terutama terkait kesejahteraan guru. Secara lugas, wakil rakyat ini menyoroti pendapatan guru, terutama di daerah terpencil dan pelosok. Banyak dari mereka masih menerima upah di bawah Upah Minimum Regional (UMR) yang seharusnya jadi batas minimum.

Ia menilai guru perlu mendapat perhatian khusus melalui kebijakan nyata dan penghasilan yang layak. Program bantuan insentif dan subsidi upah untuk guru honorer non-ASN rasanya tidak berlebihan. Sebab secara umum banyak kendala, seperti akses transportasi sulit, jalan rusak, jarak jauh, dan cuaca ekstrem. Otomatis waktu tempuh lama dan biaya tinggi hanya untuk mencapai sekolah. Belum lagi, fasilitas sekolah terbatas seperti ruang kelas rusak atau tidak layak. Kekurangan meja, kursi, papan tulis, dan alat peraga serta perpustakaan. Bahkan laboratorium tidak mudah ditemui di sekolah daerah terpencil. 

Keterbatasan listrik dan jaringan internet, seolah jadi hal lumrah di sekolah pedalaman dan dimaafkan. Padahal ketika internet sangat lemah atau tidak tersedia, maka sekolah sulit menerapkan pembelajaran berbasis digital yang saat ini masuk kurikulum.

Tak kalah penting di sekolah daerah terpencil juga masih kekurangan bahan ajar. Saat buku pelajaran kurang, tentu akses ke sumber belajar modern terbatas. Guru pun otomatis harus sering membuat alat peraga sendiri. Kondisi sekolah di daerah terpencil dengan jenjang tingkatan murid mulai dari kelas satu hingga kelas enam terkadang hanya diajar oleh satu dua orang guru. Penyebabnya  sebagian tenaga pengajar enggan mengabdi di daerah pedalaman. Sebagian besar tenaga pengajar terutama mereka yang sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil minta dipindahkan ke kota dengan berbagai macam alasan. 

Kondisi itu menyebabkan terjadi penumpukan guru di ibu kota baik provinsi atau kabupaten/kota khususnya pada sekolah-sekolah yang menjadi favorit dengan berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah. Dengan segala macam masalah sekolah terpencil, saat ini perlu kebijakan khusus dari pemerintah untuk sekolah ini agar bisa berkembang seperti sekolah di wilayah perkotaan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Hari-hari Terakhir

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved