Metromini
SAMPAI saat ini saya masih belum yakin betul, kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan Komjen Badrodin
Penguasa tidak memiliki otoritas terhadap politik di negeri ini. Zaman Presiden Soekarno, kita hidup miskin tapi Bung Karno bisa mengelola politik sebagai komoditas yang menguntungkan pemerintahannya.
Sebagai presiden, Jokowi hebat dalam program ekonomi tapi tidak dalam politik. Karena kekuasaan politik bukan ada pada Jokowi tapi pada elite-elite partai pendukung.
Karena itu meski Jokowi sudah membatalkan pelantikan Komjen BG yang dijadikan tersangka oleh KPK, dia tidak akan mudah menyelesaikan kisruh Polri-KPK. Jokowi tidak akan berani bersikap karena sudah ada patronnya. Jokowi bukan subjek yang ikut menentukan warna politik, tapi dia itu objek perpolitikan.
Permainan politik dari elite-elite partai pendukung tak akan berhenti, bahkan Jokowi bisa di-impeachment (dipecat) jika tidak memenuhi keinginan elitenya.
Sama-sama berhenti di tengah jalan, mendingan Jokowi berhenti atas kemauan sendiri kemudian bikin partai baru dan maju dengan kendaraan sendiri. Pendukung Jokowi masih cukup besar, lagi pula lebih nyaman. Jokowi ibarat naik bus Metromini di Jakarta, sudah nggak ada enaknya, ongkos juga semau sopir. (*)