Kalselpedia

Kalselpedia: Jauh-jauh dari Jerman, Rene Terpanggil untuk Menjadi Relawan Bekantan

Hampir punahnya Bekantan membuat Rene Werner dari Jerman terpanggil bersama ratusan pelajar dan mahasiswa di Banjarmasin menjadi relawan Bekantan Indo

Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/syaiful anwar
Rene saat memberi makan bekantan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, Kalselpedia - Hampir punahnya Bekantan membuat Rene Werner dari Jerman terpanggil bersama ratusan pelajar dan mahasiswa di Banjarmasin menjadi relawan Bekantan Indonesia.

"Saya bersama teman-teman di sini sejak dua tahun lalu melihat apa yang dilakukan teman-teman Sahabat Bekantan Indonesia ((SBI) dan ingin membantu mereka melakukan pekerjaan yang baik, menjadi relawan," kata Rene asal Jerman yang tinggal di Swiss.

Sekarang, lanjut dia, dirinya ada di sini lagi dan SBI merupakan keluarga keduanya.

"Saya merasa lebih baik di sini daripada tinggal di Jerman atau Swiss. Di SBI kami memberi makan, membersihkan kandang atau kita menanam pohon rambai," katanya.

Kalselpedia: BRC, Sebelum Dilepasliarkan, Primata Maskot Kalsel Ditempatkan di Sini

Kalselpedia: Camp Research Tim Roberts di Stasiun Riset SBI Pulau Curiak

Kalselpedia: Dinyatakan Terancam Punah, Bekantan Sering Dijadikan Maskot untuk Berbagai Event

Kalselpedia: SBI Berdiri Tahun 2013, ini 9 Upaya Penyelamatan Bekantan dari Kepunahan

Kalselpedia: Program SBI Membuahkan Hasil, Jumlah Populasi Bekantan Bertambah di Tempat ini

Selain Rene juga beberapa mahasiswa asing melakukan penelitian Bekantan, seperti Lissi, mahasiswi jurusan lingkungan dari Minnesota, Amerika Serikat, sengaja berkunjung ke Kalimantan Selatan hanya ingin melihat bekantan di Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala.

"Saya merasa sangat senang bisa melihat bekantan di habitat alaminya dan bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengan alam, dan menjaga species unik seperti Bekantan dari kepunahan melalui restorasi habitat seperti yang dilakukan Amalia Rezeki bersama timnya di Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia ( SBI)," jelas Lissi.

Lebih lanjut Lissi menyampaikan kekagumannya dengan upaya yang dilakukan oleh Amalia dalam membangun dan mengembangkan stasiun riset bekantan serta lahan basah ini.

Harapannya banyak mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian di sini.

Seharian waktu Lissi di stasiun riset bekantan hanya ia gunakan untuk mengamati prilaku bekantan di alam liar.
Dengan menggunakan perahu dipandu olah Zainal dari SBI, ia mengelilingi pulau Curiak.

(Banjarmasin post.co.id/Syaiful Anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved