Kreativitas Masyarakat Daha Nagara HSS
Piawai Berdagang, ini yang Membuat Warga Daha HSS Harus Kreatif
Karakter masyarakat setempat yang terbentuk dari kondisi alam tersebut, membuat mereka pandai memanfaatkan peluang-peluang usaha.
Penulis: Hanani | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOSTCO.ID, KANDANGAN - Kreativitas warga Daha (Nagara) di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam mengolah berbagai produk di tengah minimnya sumber daya alam tak diragukan lagi.
Karakter masyarakat setempat yang terbentuk dari kondisi alam tersebut, membuat mereka pandai memanfaatkan peluang-peluang usaha.
Masyarakat pun mampu menciptakan sejumlah sentra kerajinan, atau industri kreatif.
Seniman dan budayawan dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Aliman Syahrani menyatakan, kondisi alam di Daha, mendesak atau memaksa masyarakatnya harus kreatif, selain faktor historis dan geografis.
• Sumber Daya Alam yang Minim Membentuk Masyarakat Daha Nagara HSS yang Kreatif
• Ada Sentra Kerajinan Emas dan Perak di Desa Habirau dan Parigi HSS, Produknya Merambah Kalteng
• Masyarakat Daha Punya Keahlian Pandai Besi Bikin Alat Pertanian hingga Peralatan Dapur
• Perajin Gerabah di Desa Bayanan HSS Memanfaatkan Tanah Liat di Dasar Rawa
• Bikin Baling-baling Kapal dan Peralatan Rumah Tangga Perajin Berharap Diberi Kesempatan ke Sini
Secara geografis, potensi perairan, juga menguntungkan, karena memudahkan masyarakat dari sisi hubungan dagang.
Sungai Nagara, merupakan salah satu sungai besar di Kalsel.
Dari sisi transportasi memudahkan Daha terhubung ke Banjarmasin, HSU dan wilayah lainnya di Kalsel hingga Kalteng.
Melalui transportasi air, memudahkan masyarakat Daha berdagang karena lebih mudah mengangkut barang mengunakan kapal besar yag didukung sungai lebar.
Sampai sekarang ada beberapa kapal yang masih operasional ke Banjarmasin dan Kalteng, untuk angkutan barang.
Kondisi ini, jelas Aliman berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan.
Secara sumber daya alam, mereka memiliki berbagai potensi hutan dan hasil bumi sehingga bisa mengandalkan hidup dari alam.
“Jadi karena dimanja alam, kreativitas masyarakatnya tak sekreatif di masyarakat perairan,” katanya.
Dalam sejarahnya, masyarakat Daha juga piawai berdagang, dengan kapal sebagai sarana transportasi.
Tak heran, di wilayah perairan rawa itu pun terdapat perajin kapal seperti di Desa Samuda, Tambak Bitin dan Baruh Jaya.
“Sekarang, pembuat kapal tinggal sedikit dan bisa dihitung dengan jari karena kesulitan kayu,” kata Kabid Perindustrian Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan IKM HSS, Syamsuddin. '
(banjarmasinpost.co.id/hanani)
 
												

 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											