Berita Banjarmasin
Bangunan Ruko Ambruk di Banjarmasin, Begini Catatan Sejarah Pasar Lima
Bangunan roboh di Pasar Lima Banjarmasin menguak sejarah panjangnya masa VOC Belanda yang mengelompokkan tempat tinggal pedagang Tionghoa.
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Alpri Widianjono
Kian hari, orang-orang Tionghoa itu mulai mengembangkan perkampungan. Selain seberang Tatas, mereka juga mengembangkan pemukiman di daerah Pasar Baru (Pasar Lima), dan Rantauan Koeliling Ilir (R.K Ilir).
Pada perkampungan Tionghoa tersebut, mereka membangun tempat ibadah, satu di antaranya yakni Klenteng Po An Kiong yang terletak berdekatan di kawasan Pasar Lima.
Hal tersebut, kata Mursalin, membuktikan bahwa daerah Pasar Lima merupakan perkampungan lama yang dibangun oleh orang-orang Tionghoa.
Pada pertengahan abad 20, daerah Sudimampir berkembang menjadi daerah pasar. Sebab, memang menjadi perkampungan orang-orang Tionghoa, Arab, dan India yang berlatar pedagang.
Baca juga: Calon Panwaslu Kecamatan di Kabupaten Banjar Ini Kaget NIK-nya Masuk Daftar Parpol
Baca juga: Tak Kooperatif, Penyidik Ditreskrimsus Polda Kalsel Kejar Terduga Perekam Video Asusila Sesama Jenis
Bahkan tak sedikit dari mereka yang berjualan di daerah sekitar juga berada di tepi sungai.
“Maka lengkaplah daerah Sudimampir, Pasar Baru, dan Pasar Lima menjadi daerah pasar,” tuturnya.
Mursalin berkemungkinan bahwa perkembangan itu terjadi di awal abad 20. Kemudian, oleh Ir Kartens, daerah ini digagas sebagai pasar pada tahun 1937. Maka bertambah ramailah daerah ini.
Oleh karena itu, banyak para pedagang Arab, Malabar, dan Belanda mendirikan toko, biro jasa, hingga tempat hiburan seperti bioskop di wilayah pasar ini.
Tak ketinggalan pula ornag-orang Tionghoa yang mendirikan hal serupa di pasar Lima.
Baca juga: Update Longsor Tambang Emas Kotabaru Kalsel, 6 Penambang Ditemukan Meninggal, 4 dalam Pencarian
Baca juga: Calon Jemaah Umrah Kalsel Terpaksa Keluar Daerah Demi Dapat Vaksin Meningitis
Jadi, kemunculan Pasar Lima disebabkan berbagai faktor. Berawal dari daerah tepi sungai yang strategis untuk berdagang. Kemudian, menarik minat orang-orang Tionghoa untuk mendirikan kampung.
Serta, faktor pengelompokan warga Timur Asing oleh Belanda.
Lalu, daerah ini berkembang menjadi pasar dan bahkan dikukuhkan oleh Ir Kartens. Sehingga daerah ini tidak mengherankan menjadi daerah ekonomi. Dari dari perkampungan Tionghoa, menjadi Pasar Lima.
Dari Pasar Lima ini pula, orang-orang Banjar mengenal barang-barang impor dari Jawa, Malaya, bahkan dari Tionghoa sendiri.
Komditi tersebut, yakni dupa (untuk ritual urang Banjar), tepung, sutera, dan lain sebagainya.
Bahkan mungkin orang-orang Banjar yang mengenal alat masak (yang akarnya) berasal dari Tiongkok juga di sini. Sebut saja rinjing dan panci, yang namanya berbau Tiongkok, boleh jadi berawal dari Pasar Lima.
(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki)
