Berita Tanahbumbu

Kekhawatiran Warga Pesisir Pantai Pagatan akibat Abrasi Jadi Sorotan Anggota DPRD Tanahbumbu

Kekhawatiran warga di kawasan pesisir Pantai Pagatan menjadi sorotan Anggota Komisi III DPRD Tanahbumbu.

Penulis: Frans Rumbon | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/frans rumbon
Anggota Komisi III DPRD Tanahbumbu, Fawahisah Mahabatan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN - Warga di sejumlah desa yang bermukim di pesisir Pantai Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanahbumbu was-was akibat adanya abrasi.

Pasalnya daratan atau pesisir pantai, terus terkikis oleh ombak hingga terus mendekati permukiman warga yang ada di kawasan ini, khususnya lagi yang belum dibangunkan siring untuk menghalau ombak.

Kekhawatiran warga di kawasan pesisir pantai ini pun menjadi sorotan Anggota Komisi III DPRD Tanahbumbu yakni Fawahisah Mahabatan.

Keresahan yang dirasakan oleh warga di kawasan pesisir ini menurut Fawahisah sangatlah wajar, karena mereka yang merasakan dampaknya secara langsung dari adanya abrasi tersebut.

"Kondisi pesisir pantai yang mulai habis terkikis abrasi, padahal pesisir pantai ini menjadi tempat para masyarakat beraktivitas. Mulai dari mencari nafkah sebagai nelayan dan menjemur ikan kering, sampai tempat bermain bagi anak-anak di Pagatan," ujarnya.

Baca juga: Lindungi Konsumen, DKUMP2 Tanahbumbu Tera Ulang Nozzle dan Dispenser SPBU

Apabila kondisi ini terus terjadi dan tidak segera ditangani, bukan mustahil menurut Fawahisah nantinya hanya tinggal nama.

"Kalau dibiarkan dan tidak segera ditangani, bisa saja Pagatan hanya tinggal kenangan. Dan ini juga sebenarnya adalah warisan alam yang harus kita jaga bersama. Belum lagi jika melihat dari segi sejarahnya, pesisir pantai Pagatan merupakan tempat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan, salah satunya ada Benteng Mattone dan Mercusuar. Kemudian segi pendidikan ada SMAN 1 Kusan Hilir yang juga berada di pesisir Pantai, yang semua hampir terkena dampak dari abrasi," ujarnya.

Fawahisah menambahkan Tanahbumbu sendiri harusnya memiliki sebuah perencanaan dalam menangani persoalan ini dan secara komprehensif.

"Tanahbumbu sudah berusia 20 tahun, namun belum ada program dalam penanganan abrasi," katanya.

Penanganan abrasi sendiri menurut Fawahisah haruslah dilakukan secara komprehensif, dan tidak hanya sekadar membangun groin atau pemecah ombak saja.

Misalnya lanjutnya, dengan cara membuat bronjong yang tentunya akan berfungsi menahan laju abrasi.

"Kemudian setelah itu dibuatkan semacam anjungan yang membentang garis pantai, dan di dalamnya bisa dimanfaatkan oleh nelayan dan masyarakat untuk melakukan budidaya rumput laut serta kegiatan lainnya yang bisa meningkatkan pendapatannya," pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Frans Rumbon)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved