Berita Batola

Dulu Lokasi Peringatan Hari Pangan Sedunia, Kini Merosot Pertanian di Jejangkit Kabupaten Batola

Pertanian di Jejangkit Kabupaten Batola terus merosot, pada 2018 sekitar 4.000 hektare dan pada 2022 sekitar 1.114 hektare.

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUKHTAR WAHID
Bencana banjir masih dirasakan sampai saat ini oleh warga Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (8/4/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Kawasan lahan pertanian di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, pernah digadang jadi lumbung padi melalui Program Serasi, yaitu Selamatkan Rawa dan Sejahterakan Petani.

Jenis padi yang dikembangkan adalah varietas unggul dan lokal. Setahun dua kali panen. Itu sejak Program Serasi digulirkan pada Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXVIII pada Oktober 2018.

Pada 2018, luas tanaman padi disebutkan 4 ribu hektare. Karena itu, Pemprov Kalsel di bawah Gubernur Sahbirin Noor menjadikan Jejangkit dan Mandastana sebagai lokasi event akbar tersebut.

Ada tugu besar dibangun pemprov, melintang di atas permukaan aspal Jalan Trans Kalimantan.

Seluruh kepala daerah pada waktu itu melakukan pertanaman padi unggul di kawasan Jejangkit.

Baca juga: Menurun, Luasan Lahan Tanam Padi di Sungai Limau Kabupaten Kotabaru

Baca juga: Walhi Kalsel Pertanyakan Amdal Anak Usaha Julong Group yang Tetap Berdampak Banjir di Jejangkit

Baca juga: Perusahaan Sawit Bantah Buang Air ke Sungai Jejangkit, Warga : Bohong Itu

Masih berdiri dua bangunan bengkel atau tempat parkir alat mesin pertanian di Desa Jejangkit Muara.

Kini, kondisinya seperti menjadi ironi. Produksi padi di Kecamatan Jejangkit sekarang sekitar 2,5 ton per hektare per tahun.

Penyuluh pertanian Kecamatan Jejangkit, Kusairi, membenarkan kondisi itu dipengaruhi perubahan iklim.

"Iklim sudah tak bersahabat dengan para petani di Kecamatan Jejangkit," katanya.

Menurutnya pada 2020, seluas 3.150 hektare, kemudian pada 2021 luas tanam 2.415 hektare, lalu pada 2022 luas tanam 1.114 hektare.

Baca juga: BREAKING NEWS : Keluhkan Pembuangan Air Perkebunan Sawit, Warga Jejangkit Ngadu ke DPRD Kalsel

Baca juga: Kebakaran di Tambarangan Kalsel, Keluarga Terdampak Diungsikan ke Perumahan Ponpes Assuniyah

Baca juga: Hanya Kendaraan Tertentu, Jalan Tembus Banjarbaru-Batulicin Sudah Bisa Dilintasi

"Setiap tahun dua kali panen, pertama padi unggul dan panen kedua padi lokal sejak 2017 hingga 2022 luas tanam padi 1.114 hektare," kata Kusairi.

Dia sudah memberikan saran kepada petani di Kecamatan Jejangkit untuk menanam benih padi ringan atau unggul.

Itu perhitungan jika air banjir sudah surut di akhir April 2023, sehingga bisa panen sebelum Oktober nanti.

Khawatirnya, ungkap Kusairi, banjir tidak kering hingga Juli akan berpengaruh pada musim tanam. Terlebih, jika panen padi pada Oktober terancam hama dan tikus.

Diakuinya, tahun ini, anak benih padi atau lacakan yang ditanam awal Maret disapu banjir, sehingga rusak sekitar 584 hektare.

Baca juga: BREAKING NEWS Lelaki Tanpa Busana Tewas Dalam Rumah di Landasan Ulin Utara Banjarbaru

Baca juga: Nyaris Gagahi Guru di Angkinang HSS, Ternyata Pemuda Ini Terlebih Dahulu Mencuri Handphone Korban

Baca juga: Dendam Gara-gara Dikeroyok, Juru Parkir di Mabuun Tabalong Tusuk Kakak Beradik

"Tata kelola air yang perlu. Perlu semua bidang agar kawasan serasi dapat produktivitas. Kalau bantuan pertanian sudah tersedia. Kawasan pertanamannya yang setinggi pinggang orang dewasa," pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar Wahid)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved