Opini
Geng Motor dan Pendidikan Keluarga
Polresta Banjarmasin berhasil menangkap sekelompok remaja yang diduga sebagai anggota geng motor yang sempat meresahkan warga Banjarmasin
Oleh: Irma Suryani
Pemerhati Masalah Pendidikan Anak, Yayasan Pendidikan Al-Fath
BARU-BARU ini, Polresta Banjarmasin berhasil menangkap sekelompok remaja yang diduga sebagai anggota geng motor yang sempat meresahkan warga Kota Banjarmasin. Para remaja yang ditangkap itu terdiri dari 10 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Berdasar keterangan pihak Polresta Banjarmasin, yang dikutip media, aksi kelompok remaja yang diduga anggota geng motor itu untuk meningkatkan eksistensi bahwa mereka ini dikenal sebagai Pasukan Berdarah (Pasber).
Menurut rilis yang disampaikan Polresta Banjarmasin, Pasber sudah berdiri sejak 2017. Keberadaan mereka sempat meredup. Namun, belakangan ini Pasber kembali beraksi hingga memakan korban.
Sebelum ke-12 remaja anggota Pasber itu ditangkap pihak kepolisian, mereka sempat melakukan konvoi dengan menggunakan sepeda motor dan membawa senjata (sajam) pada malam hari, pada Senin (23/10/2023) dini hari. Sambil berkeliling, para remaja ini melakukan pengeroyokan dan pemukulan kepada warga.
Baca juga: Saran Dosen Pertanian ULM untuk Antisipasi Kekeringan Ekstrem di Kalsel, Varietas Lokal Terus tinggi
Baca juga: Info Cuaca Ekstrem BMKG 31 Oktober 2023, Kalsel Diguyur Hujan, Cek Jambi dan Banten
Persoalan Kawasan Urban
Bisa dibilang masalah geng motor merupakan salah satu persoalan yang membelit kawasan-kawasan urban di negara kita. Pasalnya, keberadaan mereka selalu saja menebar teror sehingga meresahkan dan merugikan warga. Tidak sedikit warga yang telah menjadi korban kebrutalan dan kebengisan para anggota geng motor. Nyaris ada saja kasus-kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja yang tergabung dalam geng motor.
Disebut geng motor karena mereka biasanya melakukan aktivitas pengacauan dengan menggunakan sepeda motor secara berkelompok. Aktivitas geng motor ini memang biasanya dilakukan pada malam hari.
Meskipun sudah ada sebagian anggota geng motor yang telah tertangkap -- dan bahkan ada yang kemudian diadili -- toh aktivitas geng motor ini tidak pernah benar-benar surut. Terbukti selalu saja ada insiden yang melibatkan geng motor di kota-kota kita.
Baca juga: Intip Tarif Pelaku Usaha Reperasi Jok di Simpang Tiga Sarangalang Tala, Lima Tahun Geluti Usaha
Mudahnya orang sekarang ini memiliki sepeda motor boleh jadi merupakan salah satu hal yang ikut berkontribusi bagi tumbuhnya geng-geng motor di negera kita. Hal ini didorong pula oleh perilaku permisif para orangtua kita yang demikian gampangnya membiarkan anak-anaknya berkeliaran menggunakan sepeda motor, meskipun anak-anak itu masih belum cukup umur.
Mayoritas para anggota geng motor adalah kaum remaja. Sebagian dari mereka adalah para anak baru gede (ABG) yang notabene pikiran dan jiwanya masih labil serta rata-rata sedang mencari jati diri.
Upaya kuratif berupa tindakan tegas dan represif terhadap para anggota geng motor memang perlu terus dilakukan. Meskipun demikian, upaya-upaya preventif juga harus dilakukan. Patroli dan razia rutin terhadap para pengendara sepeda motor, khususnya di malam hari, misalnya, bisa menjadi salah satu upaya preventif bagi penangkalan aktivitas geng motor.
Sejatinya, keluarga menjadi salah satu institusi penting dalam ikut mencegah generasi muda kita terjebak ke dalam aktivitas geng motor yang kerap merisaukan warga. Artinya, para orangtua memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam ikut membentengi anak-anaknya agar tidak larut ke dalam aktivitas geng motor. Sebagai sebuah institusi terkecil namun sangat penting dalam masyarakat, keluarga diharapkan bisa menjadi garda paling depan dalam ikut menangkal menjalarnya virus geng motor di kalangan anak-anak kita.
Jika kita cermati, setidaknya terdapat empat aspek yang terkait dengan kehidupan keluarga yang bisa mencegah anak-anak kita untuk tidak terlibat dengan aktivitas geng motor.
Pertama, keharmonisan keluarga. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis yang menjadikan anak kemudian mengalami trauma, stres, dan depresi, umumnya memiliki peluang lebih besar untuk mencari kompensasi di luar rumah. Menjadi anggota geng motor bisa jadi merupakan salah satu bentuk kompensasi dari ketidakharmonisan keluarga yang dihadapi oleh anak. Oleh karena itu, mewujudkan keluarga yang benar-benar harmonis dengan jalan antara lain selalu memelihara kualitas hubungan dengan pasangan dan anak menjadi hal yang tidak boleh diremehkan dalam hal ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.