Berita HST

Perjuangan Keras Guru Batang Alai Timur HST Mengajar di Pedalaman, Jalan 2 Hari 1 Malam ke Sekolah

Jamaluddin Rahmat S.Pd untuk membagi ilmu pengetahuan di SDN Kecil Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HStT dengan semangat.

Penulis: Stanislaus Sene | Editor: Edi Nugroho
Dokumentasi Banjarmasinpost.co.id
Berjalan kaki melewati lebatnya hutan hujan tropis Pegunungan Meratus tidak menyurutkan semangat pengabdian Jamaluddin Rahmat S.Pd untuk membagi ilmu pengetahuan di SDN Kecil Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI- Berjalan kaki melewati lebatnya hutan hujan tropis Pegunungan Meratus tidak menyurutkan semangat pengabdian Jamaluddin Rahmat S.Pd untuk membagi ilmu pengetahuan di SDN Kecil Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

SDN Kecil Juhu merupakan satu-satunya sekolah dasar negeri di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki.

Perlu dua hari satu malam untuk sampai ke desa ini dan harus melewati Gunung Penitiranggang dengan ketinggian kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Jamal juga harus bermalam di Pondok Kagaringan yang berada di tengah hutan dan selanjutnya melewati Gunung Kilai dengan ketinggian kurang lebih 1.500 mdpl.

Baca juga: Petugas POM AU Larang Wartawan Ambil Gambar Kebakaran Gedung VIP Bandara Syamsuddin Noor, Hapus Foto

Baca juga: Bawaslu HSU Turunkan Baliho Kampanye, Melibatkan Seluruh Panwascam

Saat diwawancarai menjelang Hari Guru Nasional 25 November 2023, Jamal mengatakan SDN Kecil Juhu pada tahun ini memiliki jumlah 26 murid dari kelas 1 sampai kelas 6. “Sekolah memiliki enam ruang kelas, satu kantor, satu asrama untuk peserta didik dan satu rumah dinas guru,” jelasnya.

Ia mengatakan tantangan terbesar menjadi guru di sini adalah harus mencari referensi tambahan bahan ajar karena sumber utama yakni buku paket terbakas. “Buku paket tidak semuanya dapat naik ke sekolah karena mahalnya biaya porter yaitu Rp 20.000/kilogram. Jadi bahan ajar harus dibuat sesederhana mungkin agar peserta didik dapat mengerti materi,” jelasnya.

Jamal pun terinspirasi sosok Prof Yohanes Surya, Ph.D yang mengajar anak-anak Papua dengan metode matematika Gasing atau gampang, asyik, dan menyenangkan. “Metode yang dipakai Prof Yohanes ini berhasil memenangi olimpiade matematika baik nasional dan internasional,” jelasnya. Namun Jamar menerapkanGasing dengan beberapa modifikasi agar sesuai kondisi.

Menanggapi sepak terjang para guru di daerah pedalaman, Kepala Dinas Pendidikan HST Muhammad Anhar saat dikonfirmasi mengatakan pada umumnya mereka sudah definitif, termasuk di Hantakan dan Batang Alai

“Ada beberapa yang belum dan akan dipenuhi pada akhir 2023 dan awal 2024. Caranya kami membuka formasi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang cukup banyak tahun ini. Untuk membantu guru di pedalaman agar termotivasi, ada stimulus khusus yang kami siapkan yaitu tunjangan daerah terpencil dan di pusat juga ada tunjangan guru di daerah terpencil,” jelasnya.

Baca juga: Maling Motor Asal Kabupaten Banjar Ditangkap Anggota Polres Tanahbumbu, Tiga Hari Dalam Pengejaran

Perjuangan mencapai sekolah juga dilakukan sejumlah guru SDN Kecil Ambatunin di Desa Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. “Terlebih musin hujan,” kata sang kepala sekolah, Lelu Dinata.

Sekolah itu jauh dari ibu kota kabupaten, Paringin, bahkan hanya hanya sekitar 200 meter dari Kalimantan Timur. Untuk sampai ke sana harus melewati jalanan tanah di tengah hutan dengan waktu tempuh yang tak menentu tergantung dari kondisi jalan.

Pada saat musim penghujan bisa lebih dari lima jam karena jalanan becek dan tak jarang bisa menjebak. Selain itu harus jembatan darurat yang hanya berupa deretan kayu. Belum lagi ancaman binatang buas saat melintasi hutan.

Lelu Dinata memodifikasi sepeda motornya agar lebih mudah. Tak bisa menggunakan sepeda motor matik.

Setiap Minggu Lelu menuju SDK Ambatunin yang memiliki empat ruang belajar dari kelas 1 hingga kelas empat. Pada Jumat kembali lagi ke rumahnya atau bisa juga harus pulang pergi seminggu lebih dati satu kali saat ada urusan administrasi yang mewajibkannya ke Dinas Pendidikan.

Lelu mengajar di SDK Ambatunin sejak 2021 dan didefinitifkan pada 2022 sebagai kepala sekolah. Namun dia belum merasakan tunjangan guru untuk pedalaman karena Desa Uren masuk katagori desa maju. “Bupati menjanjikan tunjangan guru untuk daerah terpencil Rp 3 juta perbulan belum terealisasi di SDK Ambatunin, karena dianggap desa maju bagian dari Desa Uren,” ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved