Tajuk

Memperjuangkan Nasib Guru

Selama dua hari, 25 sampai 26 November 2023, Banjarmasin Post memberitakan secara khusus tentang guru-guru di daerah terpencil.

Editor: Edi Nugroho
Dokumentasi Banjarmasinpost.co.id
Berjalan kaki melewati lebatnya hutan hujan tropis Pegunungan Meratus tidak menyurutkan semangat pengabdian Jamaluddin Rahmat S.Pd untuk membagi ilmu pengetahuan di SDN Kecil Juhu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 

Selama dua hari, 25 sampai 26 November 2023, Banjarmasin Post memberitakan secara khusus tentang guru-guru di daerah terpencil. Perjuangan berat dan timpangnya kesejahteraan para pendidik itu menjadi isu utama yang dibahas.

Seperti lagu lama, setiap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang jatuh tanggal 25 November, barulah nasib para guru kembali mendapat sorotan.

Guru sepertinya masih harus terus berjuang. Tidak hanya perjuangan untuk mencerdaskan anak bangsa, tapi juga memperjuangkan kesejahteraannya sendiri.

Sabtu pekan lalu merupakan peringatan HGN ke-78 kalinya. Kendati demikian masih banyak guru di Kalsel yang belum mendapatkan upah memadai. Rata-rata guru yang belum sejahtera ini berstatus bukan aparatur sipil negara (ASN).

Baca juga: Wisata Kalsel : Eksotiknya Gua Liang Udut Kotabaru, Tersebar dari Medsos dan Mulut ke Mulut 

Baca juga: Fakta Sosok Suprio Handono Bunuh dan Cor Jasad Istri di Blitar: Diungkap Ipar saat Renovasi Rumah

Melda Wati, guru honorer di SDN Batu Ampar, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, misalnya. Sebulan, dia hanya menerima gaji Rp 200 ribuan. Padahal, sudah setahun lebih dia mengajar di sekolah yang ada di lereng Pegunungan Meratus itu.

Setiap hari, sarjana jebolan UIN Antasari Banjarmasin 2000 itu harus menempuh perjalanan sejauh lima kilometer dengan sepeda motor untuk ke sekolah.

Kondisi jalannya menantang karena berbatu dan menanjak, serta becek jika hujan. Untuk menambah penghasilan, dia mengajar di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) setiap sore.

Dia pun ikut seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada tahun ini.
Cerita perjuangan guru tentu bukan Melda seorang. Di luar sana masih banyak guru lain yang masih berjuang.

Tidak hanya guru fresh graduated yang belum berpengalaman, tapi ada pula guru-guru yang sudah puluhan tahun mengajar namun belum sejahtera.

Masalah kesejahteraan guru makin pelik karena sejak 2021 pemerintah menghentikan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk formasi guru.

Baca juga: Latih Warga Balida Olah Bambu, Mahasiswa IPB Ajarkan Mengawetkan hingga Mengolahnya Jadi Kerajinan

Meskipun sebagai gantinya, dibuka peluang melalui guru PPPK. Tapi nyatanya belum semua guru bisa terserap melalui skema ini.

Sebagai pendidik, guru seringkali disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun bukan berarti jasa mereka boleh saja tidak dihargai setimpal dengan peningkatan kesejahteraan.
Ingat, profesi guru sangat penting bagi bangsa.

Merekalah agen yang mentransfer ilmu, memberikan pengajaran, pengetahuan, etika, keterampilan dan sebagainya serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia untuk masa depan bangsa. Jadi jangan hanya retorika.

Pemerintah harus sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan guru lewat anggaran, kebijakan dan keberpihakan. Selamat Hari Guru Nasional. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Renungan untuk TNI

 

Desentralisasi MBG

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved