Fikrah
Curhatku
Dalam hitungan hari akan terjadi tahun 1445 Hijriah, umat Islam akan menghadapi tahunbaru, ini kata penulis mengenai kondisi zamanyang terus berubah
KH Husin Naparin Lc MA
Ketua MUI Provinsi Kalsel
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penutup tahun 1445 Hijriah ini, penulis ingin mencurahkan isi hati tentang kondisi umat, tentang kondisi zaman yang terus berubah dan berkembang secara drastis. Merenungkan tentang kehidupan masyarakat hingga negeri kita, yang semakin hari semakin jauh dari nilai-nilai ke-Islaman dan ketaqwaan.
Perhatikanlah bagaimana perekonomian saat ini seakan hancur, karena tak sedikit orang yang berlaku tak jujur, memanipulasi dan terjadi korupsi besar-besaran. Perekonomian seakan dikuasai hanya segelintir orang, tak peduli halal haram, tak peduli masyarakat tambah miskin tambah susah, yang penting hidupnya senang dan bergelimang harta.
Perhatikanlah bagaimana penegakan hukum penuh dengan rintangan, akibat banyaknya transaksi hukuman oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab. Tak peduli benar salah, yang bayar adalah yang benar, tak peduli siapa yang disakiti, yang penting dirinya aman dan tak tersentuh hukum. Bukankah Nabi sendiri dalam sabdanya menyatakan dengan tegas, “Jika Fatimah binti Muhammad mencuri, maka akulah yang akan memotong tangannya”.
Perhatikanlah bagaimana manusia bertambah banyak, tapi rasa kemanusiaan semakin rusak. Kepedulian sosial semakin krisis, hidup ini yang penting aku, tak peduli orang lain. Sangat ironi banyak di masyarakat yang berujar memikirkan diri sendiri saja susah, mengapa aku harus memikirkan orang lain.
Perhatikanlah bagaimana orang-orang punya banyak teman di dunia maya namun sedikit di dunia nyata, ia hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa peduli kehidupan yang sebenarnya terjadi di sekitarnya. Belum lagi informasi di dunia maya yang tersebar luas, dengan fitnah dan aib semakin buas tak terbendung.
Orang ramai mengumbar aurat, membicarakan aib saudaranya, melemparkan fitnah tak berarah, ghibah tak pernah berhenti melawati beranda media sosial dan itu dilihat didengar serta dinikmati oleh jutaan umat Islam dari kalangan muda hingga yang tua.
Perhatikanlah bagaimana ilmu semakin tersebar, namun adab dan akhlak semakin pudar. Belajar semakin mudah namun guru kehilangan marwah, ia tak lagi dihargai dan hanya sebatas penyampai ilmu. Oh sedihnya, tak sedikit murid yang berani mengolok-olok gurunya bahkan ada yang sampai menggolok gurunya. Anehnya orang berpendidikan tinggi namun minim budi pekerti, kata-katanya seakan membius tapi perangainya tak mencerminkan keilmuannya.
Perhatikanlah bagaimana orangtua sibuk bekerja siang malam mencari nafkah, namun lupa akan pendidikan agama anak, lupa bagaimana mendidik akhlak, seakan-akan tanggungjawab itu hanya dipikul oleh lembaga pendidikan di sekolah-sekolah.
Tak heran ketika orangtua memberi nasehat, sang anak menutup kuping dengan rapat atau ia hanya diam seakan itu angin lewat tak bermanfaat. Bahkan tak sedikit berani berontak dan membentak orangtua, yang memilukan lagi ada yang sampai memukul bahkan membunuh orangtuanya.
Perhatikanlah bagaimana kehidupan rumah tangga yang jauh dari kata faham akan tanggungjawab. Tak sedikit para suami tak membimbing agama dan akhlak istri, memperlakukan istrinya dengan kasar, yang penting uang lancar, makanan tersedia di atas meja dan semua serba dilayani istri.
Namun tak sedikit pula para istri yang lupa akan tanggungjawabnya kepada suami,berani membelalakkan mata sambil mengucapkan sumpah serapah, seakan ia lupa bahwa keridhaan Allah juga ada pada keridhaan suami. Duhai rusaknya zaman ini diperparah dengan maraknya perselingkuhan dalam rumah tangga, kesetiaan seakan barang langka, ini semua semua terjadi karena jauhnya agama dalam rumah tangga.
Perhatikanlah bagaimana saat ini agama seakan hanya sebagai identitas, mengamalkannya terasa malas. Banyak berdiri musala dan masjid dengan bangunan yang mewah dan megah, tapi sayang seribu sayang sepi dengan jemaahnya.
Entah dimana orang-orang muslim itu berada ketika waktu salat tiba, padahal rumahnya berdampingan tak jauh dari musala dan masjid. Ada pula yang beribadah terburu-buru seakan tak ada waktu, wirid dan doa diabaikan tanpa khawatir Allah juga bisa mengabaikan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/KH-Husin-Naparin-Lc-MA-Ketua-MUI-Provinsi-Kalsel.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.