Opini

Kurikulum Apa Lagi

Setiap ada pergantian menteri, dipastikan akan terjadi kebijakan baru yang akan dilaksanakan dalam satu periode mendatang. 

Editor: Edi Nugroho
Foto Ist
Moh. Yamin, Pemerhati pendidikan, penulis buku-buku Pendidikan 

Debat kusir pun terjadi sehngga ini semakin tidak memperjelas arah diskusi pendidikan yang dimaknai untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Saling mencari pembenaran atas nama kepentingan apapun semakin ramai dan mengaburkan tujuan menjalankan kehidupan berbangsa melalui praksis pendidikan yang berdaulat dan mandiri. 

Pendidikan yang seharusnya menjadi ruang aktualisasi diri dan pengembangan diri setiap anak didik untuk berkembang maju, menggali bakat potensinya sebagai pribadi-pribadi yang unggul, ini pun ibarat menegakkan benang basah.

Kita selalu sibuk dan menyibukkan diri dengan penampilan ketimbang isi yang perlu dijalankan dan diperjuangkan. Seolah-olah dengan penampilan yang baru, ini kemudian dinamakan lebih maju dan memberikan efek perubahan yang jauh lebih baik. 

Bagi penganut madzab modern demi meraih prestasi masa depan yang dimungkinkan lebih baik dari pada masa lalu, ini jauh lebih baik. Bagi penganut prestasi masa lampau, miliknya lebih baik dari pada masa kini. 

Akan selalu demikian sebagai upaya saling menegasikan dan menafikan satu sama lain. Mencari kelemahan dan menampilkan kelebihan masing-masing pun menjadi upaya agar ada dominasi di atas dominasi yang lain, mengutip teori Gramsci. Ketika cara sedemikian pun dipertahankan dan dijalankan, maka sampai kapanpun perjalanan pendidikan akan berjalan di tempat.

Ongkos Mahal

Merencanakan, mendesain, dan melahirkan satu dokumen kurikulum bukan semata menelan biaya tinggi, bukan hanya menghabiskan enerji yang sedikit, tidak sedikit waktu dan banyak hal lain yang dihabiskan. 

Gagasan dan pemikiran pun kemudian harus dipompa sedemikian rupa agar diniatkan berdampak perubahan bagi semua. Oleh sebab itu, ada beberapa catatan penting yang perlu menjadi titik perbincangan ke depan.

Perama. Pendidikan dan mengurusi pendidikan akan selalu identik dengan mengurus(i) manusia. Bagaimana anak manusia hidup, menjalankan kehidupan, melakukan dialektika dengan lingkungan sekitar, mengembangkan diri, dan begitu seerusnya menjadi elan vital praksis pendidikan yang berperadaban dan berdaulat. 

Merumuskan tujuan pendidikan berarti menentukan masa depan setiap anak didik di negeri ini baik yang berada di jenjang dasar maupun menengah selama 12 tahun ke depan. 

Memberikan pijakan-pijakan strategis jenjang pendidikan dasar dan menengah menjadi jembatan arah pembangunan manusia unggul yang berkelanjutan.

Jangan ada pembangunan manusia unggul yang putus di tengah jalan karena kepentingan politik apapun. 

Jangan karena tujuan sektoral kemudian arah pembangunan manusia unggul diseret untuk melayani kepentingan tertentu. 

Ini bukan berarti bahwa wacana perubahan kurikulum dari kurikulum merdeka kepada kurikulum deeplearning dipandang memutus mata rantai pembangunan manusia unggul yang berkelanjutan, akan tetapi menjadi reminder (pengingat) bagi semua.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved