Berita Banjarmasin

Mulai Januari 2026, 7.500 Pelajar di Banjarmasin Bakal Terima Vaksin DBD

Pada 2024, Kalsel mencatat 3.236 kasus DBD dengan 16 kematian. Tahun ini, hingga 10 November, jumlahnya turun menjadi 460 kasus dan satu kematian

Banjarmasinpost.co.id/MUHAMMAD SAIFUL RIKI
Ketua Tim Dokter Anak Kalsel untuk vaksin dengue, Prof dr Edi Hartoyo didampingi Kepala Dinkes Kalsel, Diauddin, menjelaskan rencana program vaksinasi DBD pelajar, Kamis (20/11/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kota Banjarmasin menjadi sorotan dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Meski kasus DBD di Kalimantan Selatan (Kalsel) turun drastis pada 2025, pola sebaran penyakit ini nyaris tak berubah. Banjarmasin dan Kabupaten Banjar tetap berada di posisi teratas.

Pada 2024, Kalsel mencatat 3.236 kasus DBD dengan 16 kematian. Tahun ini, hingga 10 November, jumlahnya turun menjadi 460 kasus dan satu kematian. Namun beban Banjarmasin sebagai wilayah dengan risiko tinggi belum ikut mereda.

Situasi itulah yang membuat kota berjuluk Seribu Sungai ini dipilih menjadi salah satu lokasi uji percontohan vaksin DBD nasional.

Sebanyak 7.500 siswa kelas 3 dan 4 SD akan menerima vaksin mulai Januari 2026. Banjarmasin menjadi satu dari hanya tiga kota yang terlibat dalam program hibah ini, bersama Jakarta dan Palembang. Total vaksin yang dikucurkan mencapai sekitar 30 ribu dosis.

Ketua Tim Dokter Anak Kalsel untuk vaksin dengue, Prof dr Edi Hartoyo mengatakan, program ini penting untuk melihat bagaimana vaksin bekerja di daerah dengan risiko tinggi.

“Beberapa negara ASEAN sudah memulai fase satu. Provinsi tetangga, Kaltim juga sudah menggunakan, tetapi mereka beli mandiri,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).

Ia menambahkan, di luar program hibah, vaksin dengue masih tergolong mahal. “Biayanya sekitar Rp1,2 juta per orang di praktik saya,” ujarnya, dengan nada sedikit berkelakar.

Baca juga: Pelaku Tak Mampu Menahan Emosi, Polisi Ungkap Motif Pembacokan Viral di Tapin

Vaksin diberikan dalam dua tahap. Dosis pertama pada Januari 2026, dan dosis kedua tiga bulan setelahnya.

Efektivitasnya diperkirakan mencapai 80 persen dalam mencegah infeksi dan 85 persen mencegah gejala berar, dengan pemantauan dilakukan hingga tiga tahun.

Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Diauddin menambahkan, tantangan terbesar bukan hanya teknis pelaksanaan, tapi penerimaan masyarakat.

“Setiap program baru selalu butuh waktu untuk membangun kepercayaan. Tidak ada paksaan dalam vaksinasi ini,” katanya.

Kendati demikian, Diauddin meyakini masyarakat akan antusias dalam program ini. Terlebih, vaksin ini sudah bersertifikasi halal dan mampu menekan risiko penyakit DBD.

“Kami imbau agar selalu memantau informasi resmi. Jangan mudah termakan informasi bohong atau hoaks,” ujarnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved