Berita Viral

Dokter Wanita Lansia Dipenjara 30 Tahun Gara-gara Pesan Suara WA, Dua Kali Kena Serangan Jantung

Dokter Marggie Orozco (65) dijatuhi hukuman 30 tahun penjara setelah mengkritik Presiden Nicolas Maduro melalui pesan suara WA

|
thawornnurak
Ilustrasi tangan orang di penjara. 
Ringkasan Berita:
  • Marggie Orozco (65) dijatuhi hukuman 30 tahun penjara setelah mengkritik pemerintahan Presiden Nicolas Maduro melalui pesan suara WhatsApp
  • Wanita yang berprofesi dokter itu menerima hukuman maksimal dengan dakwaan pengkhianatan, hasutan kebencian dan konspirasi.
  • Orozco mengalami dua kali serangan jantung selama masa penahanan

BANJARMASINPOST.CO.ID  - Kontroversi Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, kembali mengemuka. 

Kali ini meminta korban seorang wanita lanjut usia (lansia) yang berprofesi dokter.

Marggie Orozco (65) menerima hukuman maksimal dengan dakwaan pengkhianatan, hasutan kebencian, dan konspirasi.

Orozco dijatuhi hukuman 30 tahun penjara setelah mengkritik pemerintahan Presiden Nicolas Maduro melalui pesan suara WhatsApp. 

Hal itu berdasar keterangan dari kelompok hak asasi manusia yang disampaikan kepada AFP, Senin (17/11/2025). 

Baca juga: PMI Sebar Pesan WA ke Pendonor Aktif, Sejumlah Daerah di Kalsel Krisis Darah

Orozco dilaporkan para pemimpin masyarakat setempat yang menilai isi pesannya sebagai tindakan tidak loyal. 

Pihak berwenang tidak mengungkap isi pesan maupun kepada siapa pesan tersebut dikirimkan.

Orozco ditangkap pada Agustus 2024 di San Juan de Colon, Venezuela bagian barat, saat negara itu dilanda krisis politik setelah Maduro kembali terpilih. 

Oposisi dan puluhan negara menyebut kemenangan itu curang. 

Kemenangan Maduro yang disengketakan memicu gelombang protes dan berujung pada 2.400 penangkapan, meski sebagian besar demonstran dibebaskan beberapa bulan kemudian. 

Pasca-protes, Maduro meminta para pendukungnya melaporkan siapa pun yang dianggap sebagai "fasis", istilah yang kerap dipakai untuk merujuk anggota oposisi. 

Menurut lembaga swadaya masyarakat Venezuela JEP, Orozco mengalami dua kali serangan jantung selama masa penahanan.

LSM Foro Penal mencatat setidaknya 882 tahanan politik masih berada di penjara-penjara Venezuela.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro memenangi pemilihan presiden kembali dengan 51,2 persen suara yang diberikan pada Minggu (28/7/2024) waktu setempat. 

Kemenangan ini akan menjadikan Maduro sebagai presiden tiga periode untuk Venezuela.

Ketua Badan Pemilihan Umum Venezuela CNE, Elvis Amoroso, mengatakan kepada wartawan, 
Maduro memperoleh 51,2 suara, sedangkan calon presiden oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia mendapatkan 44,2 persen suara.

Padahal, Edmundo sebelumnya telah memimpin dalam sejumlah jajak pendapat. 

Dengan hasil ini, Maduro (61) akan mengambil kesempatan menjabat untuk masa jabatan enam tahun ketiganya sebagai pemimpin negara petro yang dulunya kaya raya ini.

DIa menang lagi ketika ekonomi Venezuela tengah begerjolak. 

PDB negara ini turun 80 persen dalam satu dekade, mendorong lebih dari 7 juta dari 30 juta warganya untuk beremigrasi. 

Berkuasa sejak 2013, Maduro telah dituduh memenjarakan para pengkritik dan melecehkan oposisi di tengah iklim otoritarianisme yang meningkat. 

Jajak pendapat independen menunjukkan, pemungutan suara pada Minggu dapat mengakhiri 25 tahun “Chavismo”, gerakan populis yang didirikan oleh pendahulu dan mentor sosialis Maduro, mendiang Hugo Chavez.

Gonzalez Urrutia menggantikan pemimpin oposisi populer Maria Corina Machado dalam pemilihan ini setelah pihak berwenang yang setia kepada Maduro tidak mengikutsertakannya dalam pemilihan. 

Machado, yang berkampanye di mana-mana untuk wakilnya, mendesak para pemilih pada hari Minggu malam untuk tetap “berjaga-jaga” di tempat pemungutan suara mereka di “jam-jam yang menentukan” saat penghitungan suara di tengah-tengah kekhawatiran akan kecurangan yang meluas. 

Sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Maduro telah mengandalkan aparat pemilu yang setia, kepemimpinan militer, dan lembaga-lembaga negara dalam sebuah sistem patronase politik yang mapan. 

Pemilu Venezuela pada Minggu merupakan hasil dari kesepakatan dimediasi yang dicapai tahun lalu antara pemerintah dan oposisi.

Kesepakatan tersebut membuat Amerika Serikat meringankan sanksi yang dijatuhkan setelah pemilihan kembali Maduro pada 2018, yang ditolak oleh puluhan negara Barat dan Amerika Latin. 

Namun, sanksi-sanksi tersebut diberlakukan kembali setelah Maduro mengingkari syarat-syarat yang telah disepakati.

(kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved