Jendela
Gus Dur dan Spider Man
Hari ini, 30 Desember 2019, tepat sepuluh tahun wafatnya Presiden Indonesia ke-4, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Bagi Manson, mengutamakan tanggungjawab juga berarti orang siap menghadapi hidup sepahit apapun. Kepahitan hidup, meskipun jika ia disebabkan oleh kejahatan orang lain pada kita, pada akhirnya adalah tanggungjawab kita sendiri.
Tanggungjawab itu terletak pada cara kita menyikapi kepahitan itu, apakah kita berlama-lama dalam kesedihan atau berusaha keluar dari ruang gelap untuk mencari cahaya.
Saya kembali teringat Gus Dur yang sering mengatakan, “gitu aja kok repot”. Mungkin ini antara lain cara Gus Dur mengungkapkan daya tahannya terhadap aneka hujatan dan masalah.
Dia tahu ada banyak pihak yang menyerangnya, tetapi dia pun sadar, jika dia menderita akibat hujatan itu, dia akan kalah. Dia tidak mau kalah dan menderita. Karena itu, dia harus menyikapi semua itu dengan tenang dan santai.
• Studi Kelayakan Bandara di Hulu Sungai Tengah Bakal Disiapkan
• Resmi Pindah, Stadion Baru Ini Disiapkan untuk Tuan Rumah Porprov 2025
• Rumah Porak-poranda Dihantam Angin Kencang, Korban Berharap Bantuan Terpal dan Bahan Bangunan
Suatu kali saya pernah membaca wawancara Gus Dur entah di mana. Dia ditanya bagaimana caranya dia bisa dengan tenang menghadapi banyak masalah.
Gus Dur mengatakan, masalah itu ada dua macam: ada yang bisa diselesaikan dan ada yang tidak. Yang tidak bisa diselesaikan, tinggal dilupakan. Yang bisa diselesaikan, tinggal diusahakan penyelesaiannya. Karena itu, buat apa kita pusing? Gitu aja kok repot!
Jujur, sebagai ‘kepala sekolah’, saya masih amat jauh dari kedewasaan dan kematangan kepribadian seperti yang dimiliki Gus Dur. Namun, justru karena itu, Gus Dur adalah teladan dan cermin bagi saya. (*)
