Fikrah
Kepemimpinan Pohon
Pada sebatang pohon ternyata tergambar komunitas satu masyarakat, dimana berlaku padanya hierarki kepemimpinan
Oleh: KH Husin Naparin Lc MA Ketua MUI Provinsi Kalsel
BANJARMASINPOST.CO.ID - Pernahkah Anda memperhatikan sebatang pohon yang tinggi menjulang, atau pohon apa saja, kendati hanya semak dan perdu?
Tahukah Anda pepohonan itu hidup, memiliki rasa cinta dan benci, mempunyai rasa senang dan rasa sedih. Bahkan sebatang pohon mampu membaca pikiran yang terlintas di hati manusia ketika ada sesosok tubuh mendekatinya (lihat: Raji Inayat, Al Nabat Yuhibbu wa yata’allamu, 1980).
Pada sebatang pohon ternyata tergambar komunitas satu masyarakat, dimana berlaku padanya hierarki kepemimpinan. (lihat tulisan Ary Ginanjar Agustian, majalah Nebula, hal 5).
Siapakah yang menjadi pemimpin? Yang menjadi pemimpin adalah dedaunan muda dengan ketinggiannya tumbuh di ujung-ujung dahan.
Dedaunan muda menempati posisi tertinggi setelah akar, dahan, ranting dan seluruh bagian dari pohon itu.
The Top Management of The Leaves memiliki posisi/letak tertinggi itulah yang berteriak memberi aba-aba kemanapun cahaya mentari mengarah.
Ia perintahkan kepada dahan untuk lebih ke selatan atau mungkin ke barat daya. Ia instruksikan kambium untuk menyuplai gizi yang cukup bagi keseimbangan dan kesejahteraan di semua lini pohon.
Jika angkutan makanan tidak cukup tersedia, ia segera menindak lanjuti perintahnya kepada akar agar mencari sumber makanan baru.
Semua bekerja sesuai tugasnya. Akar mencari makanan dengan penuh kesabaran dan kegigihan. Ia ikhlas mencari dan melayani dahan, ranting, kambium dan para daun.
Dahan dan ranting dengan penuh semangat bekerja sama dengan kambium membentuk alur distribusi dan manajemen lalu lintas bahan mentah.
Akhirnya dedaunan sebagai jajaran petinggi bertanggung jawab kepada dedaunan muda (pucuk yang paling ujung); yang bertanggung jawab memberikan pengarahan kepada seluruh daun untuk mengaplikasikan cahaya mentari yang diterima.
Pencahayaan surya itulah yang menjadi visi dan misi hidup sebatang pohon. Bersama kambium dan stomata, cahaya yang diterima itu diolah menjadi makanan dan udara bersih bagi seluruh komunitas sang pohon.
Sang pohon pun dengan penuh kesabaran dan ambisiusnya tumbuh bertambah tinggi, kendati diterpa terik dan hujan.
Di tengah jalan kadang-kadang ia harus berhadapan dengan risiko meranggas dan berguguran. Dedaunan muda sampai waktunya menjadi tua dan kering bahkan gugur, dengan rela dan ikhlas memberikan estafet kepemimpinan kepada dedaunan baru yang lebih muda, generasi berikutnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/kh-husin-nafarin-lc-ketua-mui-kalsel.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.