Berita Banjarmasin
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik FKIP ULM Ini Raih Omzet Jutaan dari Alat Musik Kalimantan
Mahasiswa jurusan Pendidikan Sendratasik di FKIP ULM itu memulai pembuatan dengan cara mengobservasi alat musik yang ada di sanggarnya.
Penulis: Rifki Soelaiman | Editor: Edi Nugroho
BANJARMASINPOST.CO.ID- Berbekal pengalaman dari keluarga dan pengetahuan seni yang didapat di bangku kuliah, Fahrul Anwar rutin membuat alat musik khas Kalimantan, seperti panting, sape dan babun.
Dari hasil karyanya, pria berusia 31 tahun itu berhasil menembus pasar nasional, bahkan internasional melalui toko pribadinya, Pix Music.
Alat musik senar itu dibuatnya menggunakan bahan dasar kayu yang ada di Kalimantan seperti kalampan, jingah dan binjai.
“Saya membuatnya secara autodidak. Waktu itu pas masih kuliah dan aktif di sanggar, saya tertarik dengan alat musik ini,” kata pria yang akrab disapa Arul ini kepada BPost.
Baca juga: Stagnasi Indeks Persepsi Korupsi
Baca juga: Efektivitas Pasar Murah
Mahasiswa jurusan Pendidikan Sendratasik di FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu memulai pembuatan dengan cara mengobservasi alat musik yang ada di sanggarnya. Kemudian ia membelinya dan mencoba mengobservasi terkait dengan kerangka hingga sistem kerja masing-masing alat musik itu.
Tak memakan waktu terlalu lama, akhirnya Arul berhasil membuat alat musik itu. “Pas saya coba mainkan ternyata hasilnya bagus. Bahkan ada yang tertarik untuk membelinya,” tutur warga Kompleks Keruwing, Handil Bakti, Kabupaten Baritokuala itu.
Hingga pada 2015, Arul mulai memproduksi alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik tersebut. Dalam sebulannya, Arul mampu memproduksi belasan hingga puluhan alat musik. Paling sedikit, omzet yang ia dapat senilai Rp 7 juta per bulan.
Rupanya seiring berjalan waktu, banyak yang tertarik dan puas dengan hasil karyanya itu. Bahkan sampai saat ini setiap bulannya Arul selalu mendapat pesanan alat musik. “Biasanya dijadikan oleh-oleh buat dibawa ke kota asal,” kata ayah satu anak itu.
Terkait dengan harga alat musik itu dibanderol berbeda-beda. Arul menjelaskan untuk panting dari Rp700 ribuan, Sape dari Rp 900 ribuan, sementara babun dari Rp 2,5 jutaan. Tergantung spesifikasi dan detail motif ukiran dari alat musik itu.
Baca juga: Info Cuaca Ekstrem Kamis 22 Februari 2024, Waspada Hujan di Kalsel, Jabar dan Gorontalo
Lalu berapa lama pembuatan tiap alat musik itu? Arul menyebut, biasanya ia menghabiskan waktu paling lama lima hari. “Yang paling sulit itu pembuatan atau pengukiran motif,” ungkapnya.
Karena semakin besar, Toko Pix Music besutan Arul bahkan ia daftarkan hak patennya agar tidak bisa diklaim oleh orang yang tak bertanggung jawab.
“Dominasi penjualan ini secara online sih melalui banyak marketplace. Kadang ada juga yang langsung datang ke rumah dan pengen lihat langsung pembuatannya,” tutur dia.
Selain memproduksi, Arul juga mahir dalam memainkan alat musiknya tersebut. Ia sering mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam lomba di festival. “Ya kadang kalah, kadang menang juga. Paling tidak semakin banyak orang tahu sama Pix Music,” tutupnya. (Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)
| Respons SMA di Banjarmasin Soal Wacana Bahasa Portugis Masuk Kurikulum |   | 
|---|
| Respons Keluhan Dugaan Pertalite Tercampur Air, YLK dan Pertamina Periksa SPBU di Banjarmasin |   | 
|---|
| Terbukti Pesan 126 Gram Ganja, Dua Pria Banjarmasin Ini Divonis 4 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 M |   | 
|---|
| Lantik Pejabat Baru, Kajati Kalsel Tekankan Integritas, Profesionalisme & Dedikasi Dalam Bekerja |   | 
|---|
| Tindaklanjuti Motor Brebet, YLK Kalsel dan Pertamina Turun Periksa Pertalite di SPBU, Ini Hasilnya |   | 
|---|
 
												

 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.