Berita Batola

Surplus Hasil Panen Padi Unggul Tahun Lalu, Warga Jejangkit Batola Tak Terdampak Beras Mahal

Petani di Jejangkit, Batola tak terdampak beras mahal. Mereka, masih menyimpan cadangan padi hasil panen tahun lalu

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUKHTAR WAHID
Ilustrasi-Persawahan yang ditanami padi jenis unggul di Desa Sungai Bamban, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan, Minggu (12/2/2023). Hasil panen padi ini, membuat warga setempat tak terdampak beras mahal. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Kawasan produksi pertanian di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan mulai bergeliat melakukan penanaman padi. 

Harga beras yang melonjak mahal, justru membuat petani di Kecamatan Jejangkit bersemangat menanam. Mereka tak terdampak fenomena beras mahal karena masih menyimpan hasil panen padi unggul tahun lalu.

Seorang petani  bernama Siti Aminah tampak sibuk membersihkan lahan pertanian yang terendam air setinggi lututnya.

Sebilah parang diayunkan ke rumput hingga rebah dan dibuatkan mengapung, sebelum diangkutnya ke galangan persawahan.

Baca juga: Petani di Tanahlaut Panen Raya Padi, Diharapkan Mampu Stabilkan Harga Beras di Pasaran

Baca juga: Kala Beras Sulawesi Jadi Alternatif Warga Tanbu, Pasar Murah Bakal Digelar di Tala dan Batola

"Setengah bulan lagi, benih padinya sudah dapat ditanam," katanya ditemui reporter Banjarmasinpost.co.id, Selasa (5/3/2024).

Kendati berusia 60 tahun, Siti Aminah mengaku masih kuat bertani. Itu karena bertani adalah usaha keluarganya.

Dia berencana menanam hasil persemaian padi di lahan miliknya seluas sekitar 1 hektar.

Lahan di sisi galangan yang lainnya sudah ditanami sayuran.

Sedangkan di tengah lahan masih dipenuhi rumput. Warga setempat menyebut rumput bundung.

Siti Aminah mengaku tak khawatir karena stok gabah masih tersimpan.  Di rumah dari hasil panen padi tahun 2023 lalu masih tersisa.

Warga Desa Jejangkit Muara itu menjual gabah kering hasil panen itu, untuk membeli keperluan dapur, seperti bumbu.

"Kalau untuk beras dan sayuran tidak ada masalah, kalau perlu Acan, garam dan minyak goreng, baru saya jual gabah," katanya.

Kondisi serupa diakui Sekretaris Desa Jejangkit Pasar, M Wahyudinoor, tidak khawatir karena tahun tadi mereka surplus beras.

"Satu kilogram dibeli Rp 10 ribu usai dipanen dengan mesin. Jadi tidak berdampak karena semua petani di Desa Jejangkit Pasar sudah menyimpan padi cadangan," ungkapnya.

Baca juga: Beras Banjar dan Jawa Alami Kenaikan Harga, Warga Tanbu Mulai Beralih ke Beras Sulawesi

Menurut, untuk tiga bulan setelah lebaran, petani di Desa Jejangkit Pasar tidak kekurangan pangan.

"Tahun lalu, wilayah Jejangkit termasuk berhasil panen padi unggul dan padi lokal. Mayoritas petani panen padi unggul," kata pria yang juga petani pangan.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Jejangkit, Kusairi mengatakan warga di Kecamatan Jejangkit masih punya simpanan gabah dan diperkirakan masih aman hingga lebaran nanti.

"Berdasarkan hasil pantauan kami di lapangan sebagai besar warga di Kecamatan Jejangkit masihbpunya simpanan gabah," pungkasnya.(Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved