Opini Publik

Digitalisasi Ekonomi Melonjak: 11,5 Miliar Transaksi di Depan Mata

Transaksi digital di Indonesia diperkirakan akan mengalami lonjakan luar biasa, hingga mencapai 11,5 miliar transaksi di tahun-tahun mendatang

Editor: Hari Widodo
Istimewa
Dr. Sri Maulida, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ULM. 

Sejak Januari 2021 hingga September 2022, terjadi peningkatan kepemilikan cryptocurrency sebesar 350 persen. Menurut Bappebti, hingga akhir tahun 2023 nilai transaksi kripto di Indonesia mencapai 1.096,1 juta dolar AS. Data ini menunjukkan bahwa generasi muda tidak hanya adaptif terhadap teknologi baru, tetapi juga terbuka terhadap alternatif instrumen keuangan, yang akan menjadi tantangan tersendiri bagi regulator keuangan seperti Bank Indonesia.

Selain inovasi teknologi, pengembangan sistem pembayaran yang lebih terintegrasi juga menjadi fokus utama BI. Hingga 2023, mayoritas inovasi layanan pembayaran dilakukan oleh lembaga non-bank sebesar 64 persen, diikuti oleh BPR/S sebesar 28 persen dan Bank Komersial sebesar 8 persen.

 Peran aktif lembaga non-bank dalam inovasi pembayaran ini menunjukkan bahwa sektor keuangan Indonesia sedang mengalami diversifikasi yang signifikan. Bank tidak lagi menjadi satu-satunya pelaku dominan dalam sistem pembayaran, tetapi fintech dan pelaku lain mulai mengambil peran penting.

Interkoneksi Negara Semakin Kuat

Dalam skala yang lebih luas, arus transaksi pembayaran digital ke depan diprediksi kian deras seiring dengan komitmen internasional untuk meningkatkan efisiensi layanan pembayaran lintas negara.

Bank Indonesia menegaskan pentingnya memperkuat kerangka kerja sama internasional untuk menciptakan sistem pembayaran yang terintegrasi. Hal ini ditandai dengan adanya kerangka Regional Payment Connectivity (RPC) di ASEAN yang bertujuan untuk menghubungkan infrastruktur pembayaran di kawasan Asia Tenggara.

Kerangka RPC ini sejalan dengan visi G20 untuk memperkuat konektivitas pembayaran di seluruh dunia. Tujuan utamanya menciptakan ekosistem pembayaran lintas batas yang aman, efisien, dan inklusif.

Beberapa langkah strategis meliputi perluasan kemitraan pembayaran QR lintas negara, pembayaran cepat (fast payment) yang saling terhubung, serta standardisasi API dan Interlinking RTGS. Dengan adanya kerangka regulasi dan pengawasan yang kuat, diharapkan arus transaksi lintas batas dapat berjalan lebih lancar dan mendukung pertumbuhan ekonomi regional.

Untuk mempersiapkan lonjakan transaksi digital ini, Bank Indonesia telah menyusun Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030. Dokumen ini berisi lima strategi utama yang akan dijalankan untuk memastikan ekosistem pembayaran digital di Indonesia mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan.

Lima strategi itu yakni pembangunan infrastruktur yang terintegrasi, penguatan sistem pengelolaan data, kolaborasi dengan industri, mendorong inovasi yang aman, dan pengembangan rupiah digital.

Strategi ini tidak hanya meningkatkan jumlah transaksi digital, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang lebih efisien dan aman bagi masyarakat Indonesia. Kerja sama dengan industri dan pelaku usaha akan menciptakan lebih banyak inovasi yang bisa memudahkan kehidupan masyarakat.

Perkembangan ini bukan hanya tanggung jawab Bank Indonesia, tetapi seluruh elemen masyarakat. Masyarakat perlu siap menghadapi perubahan ini dengan terus meningkatkan literasi digital dan finansial. (*)
 

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved