Berita Banjarmasin

Kalsel Siaga Ancaman Bencana Hidrometeorologi, BPBD Perkuat Sistem Peringatan Dini 

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometereologi

Banjarmasinpost.co.id/Rifki Soelaiman
BANJIR ROB- Sejumlah ruas jalan di Banjarmasin digenangi banjir rob, Rabu (12/11/2025) dini hari. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometereologi, seiring meningkatnya intensitas hujan dalam beberapa pekan terakhir.

Langkah antisipasi itu ditandai dengan digelarnya Apel Siaga Bencana di halaman Kantor Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Kalsel, Banjarbaru, Rabu (12/11/2025).

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kalsel, M Syarifuddin mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG, curah hujan di wilayah diprediksi terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada Desember 2025.

“Kami mengimbau seluruh pemerintah kabupaten dan kota untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, terutama bagi yang tinggal di wilayah rendah dan daerah aliran sungai (DAS).

Berdasarkan pemetaan daerah, wilayah seperti Hulu Sungai Tengah (HST) dan kawasan pesisir disebut memiliki potensi bencana lebih tinggi.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi menegaskan, seluruh daerah di provinsi ini memiliki potensi terdampak banjir, termasuk rob di wilayah pesisir seperti Banjarmasin.

“Semua kabupaten dan kota di Kalsel rawan bencana banjir. Tapi dengan mitigasi sedini mungkin, risiko bisa kita tekan,” ucapnya.

Menurut Bambang, upaya mitigasi bisa dilakukan melalui pemeliharaan infrastruktur strategis seperti bendungan dan tabat air. “Pemerintah kabupaten dan kota diminta melakukan itu, sesuai instruksi Gubernur Kalsel,” ujarnya.

Baca juga: Polisi Ringkus Warga Amuntai, Sabu Disimpan di Saku Celana

Selain itu, BPBD juga memperkuat sistem peringatan dini dengan Early Warning System (EWS) yang dipasang di sejumlah daerah.

Ketika ketinggian air meningkat, kata Bambang, alat tersebut akan memberi peringatan dini kepada masyarakat.

“Tahun ini ada empat menara deteksi banjir bantuan dari BNPB, sudah terpasang di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin,” jelasnya.

Bambang menambahkan, meski saat ini curah hujan sudah cukup tinggi, kondisi permukaan air di sebagian besar wilayah Kalsel masih dalam batas normal.

“Kalau biasanya November sudah puncak, alhamdulillah tahun ini masih bisa kendalikan berkat mitigasi yang lebih awal,” ujarnya.

Ketua Pokja Pengelolaan Data dan Informasi Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I Kalsel, Wiji Cahyadi menjelaskan, saat ini Indonesia sedang berada dalam periode La Nina lemah, yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun 2026. Kondisi ini berpotensi meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah.

Selain itu, Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) saat ini juga berada pada fase negatif dan diprediksi bertahan hingga akhir tahun. 

Kombinasi kedua fenomena ini membuat periode sekarang hingga awal 2026 menjadi waktu yang perlu diwaspadai terhadap bencana hidrometeorologi.

“Artinya memang periode sekarang hingga awal, terutama awal hingga awal tahun 2026, kita lebih-lebih konsen di intens terhadap potensi munculnya bencana hidrometeorologi. Seperti puting beliung, banjir, tanah longsor, juga gelombang pasang yang perlu kita waspadai,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).

Lanjut Wiji, adapun puncak musim hujan secara umum diperkirakan terjadi pada November hingga Desember 2025, namun di beberapa wilayah disebut bisa berlanjut hingga Januari-Mei 2026. 

Terpisah, Prakirawan Staklim Kalsel, M Agvi Septianor mengungkapkan hujan dengan intensitas tinggi di sejumlah daerah di Kalsel sudah terjadi sejak akhir Oktober 2025. 

Sementara itu, BMKG Staklim Kalsel memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Bulan Nopember 2025. 

“Prediksi kami bulan November di bagian wilayah Barat Kalsel itu hujannya hampir diatas 100,” katanya, Rabu (12/11/2025).

Staklim juga menyampaikan imbauan bagi masyarakat di masa puncak musim hujan saat ini. Terutama bagi warga yang bermukim di perbukitan atau daerah dataran rendah atau bantaran sungai yang rawan banjir.

“Masyarakat waspada di pegunungan atau perbukitan wasapada terhadap bencana tanah longsor. Wilayah rawan banjir tetap waspada karena kita sudah masuk musim hunan, jadi perlu waspada,” imbaunya. 


Banjir Rob Rendam Banjarmasin    


Fenomena banjir rob kembali melanda Kota Banjarmasin. Air pasang Sungai Martapura dan Barito meluap hingga ke permukiman warga di sejumlah kawasan rendah.

Dari pantauan di lapangan, Rabu (12/11/2025) dini hari, air mulai naik sekitar pukul 23.00 Wita dan mencapai puncaknya pada pukul 01.00 Wita dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa di beberapa titik.

Sejumlah wilayah yang terdampak di antaranya Jalan Zafri Zamzam di Banjarmasin Barat, Benua Anyar dan Sungailulut di Banjarmasin Timur, kawasan Kelayan di Banjarmasin Selatan, Sungaijingah di Banjarmasin Utara, serta beberapa ruas jalan di Banjarmasin Tengah.

Warga mengaku kejadian seperti ini sudah menjadi “langganan tahunan” yang sulit dihindari. Didin, warga Jalan Zafri Zamzam yang sudah puluhan tahun tinggal di kawasan tersebut, menyebutkan genangan kali ini tidak setinggi tahun lalu.

“Sekitar tiga jari masuk ke rumah. Tahun lalu malah sampai motor mogok. Jalan di sini sudah sempat ditinggikan 60 cm, tapi tetap aja tenggelam,” ujarnya yang juga merupakan wakar setempat.

Baca juga: Pengeroyokan di Kedai Ramen di Banjarbaru Berujung ke Polisi, Dua Sekawan Ditangkap

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin memastikan fenomena rob yang terjadi dalam beberapa hari terakhir masih berada di fase kedua.

Berdasarkan data pemantauan elevasi air sungai, puncak rob pada Rabu (12/11/2025) dini hari mencapai 3,0 meter di atas permukaan laut (mdpl), tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Menurut Komandan Regu III BPBD Kota Banjarmasin, Denny, wilayah paling terdampak meliputi Jalan Zafri Zamzam dan Kelayan, disusul Banuaanyar, Sungailulut dan Pekapuran Raya. Semua wilayah tersebut secara topografi merupakan dataran rendah yang rentan terhadap pasang air sungai.

“Kita masih berada di fase dua, nanti akhir bulan masuk fase tiga dengan potensi pasang tertinggi di 2,8 hingga 3,0 mdpl,” ujar Denny.

Ia menjelaskan, ada tiga fase rob yang sudah dipetakan sepanjang November ini.
Fase pertama (1–10 November) dengan ketinggian rob berkisar antara 2,5–3,0 mdpl. Fase kedua (11–16 November), rob mencapai puncak 3,0 mdpl. Fase ketiga (21–30 November), diprediksi kembali meningkat dengan pola dua kali pasang setiap hari (dini hari dan malam hari).

Denny menambahkan, sejauh ini kondisi di lapangan masih terpantau aman dan terkendali.

“Kami tetap pantau terus terutama di titik rendah. Kami imbau warga bantaran sungai waspada, terutama terkait kabel listrik dan barang-barang elektronik. Kalau darurat, hubungi call center 112,” ujarnya.

Ia berharap tidak ada tambahan curah hujan tinggi atau kiriman air dari hulu sungai. “Kalau debit Sungai Martapura naik bersamaan dengan pasang, genangannya bisa lebih lama,” kata Denny. (banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman/m syaiful riki/rizkifadillah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved