MBG Lansia dan Difabel

Lansia dan Difabel Juga Bakal Diberi Makan Gratis, Begini Respons Kakek 70 Tahun Warga Banjarbaru

Kemensos RI merencanakan memperluas program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi lansia dan difabel

|
Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri
SANTAP MBG - (Ilustrasi) Murid di SDN 2 Semayap menyantap menu MBG yang didistribusikan SPPG Semayap, Senin (3/11/2025). Kemensos merencanakan memperluas program MBG untuk lansia dan anak difabel. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Rencana Kementerian Sosial untuk memperluas program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi warga lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas mulai 2026 menuai beragam tanggapan di Kalimantan Selatan.

Seorang lansia di Kota Banjarbaru, Fahri mengaku senang mendengar wacana tersebut. Di usianya yang genap 70 tahun, Fahri mengaku sudah tidak sanggup lagi bekerja. Selama ini berharap keringanan hati orang untuk sekadar makan sehari-hari.

“Selama ini makan di jalan dikasih orang. Bagus saja kalau ada itu, seperti anak sekolahan sekarang,” ujar warga yang hidup sebatang kara di kawasan Loktabat Utara ini.

Jika program itu benar-benar teralisasi, ia berharap jenis dan porsi makanan yang disalurkan bisa disesuaikan dengan selera orang tua dan tidak disamakan dengan menu anak-anak.

“Kalau orang Banjar seperti saya sukanya ikan misalnya Haruan, kalau ayam kurang suka,” ujarnya.

Baca juga: Ombudsman Ingatkan Pemerintah Soal Akurasi Data, Jelang Perluasan Program MBG Lansia dan Disabilitas

Rahman, penyandang disabilitas penglihatan, yang juga pengajar di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 3 Martapura Kabupaten Banjar, juga menilai rencana tersebut merupakan langkah baik. Namun dia menyarankan perlu dirancang lebih spesifik agar benar-benar menjawab kebutuhan kalangan difabel.

“Pemerintah seharusnya lebih dulu mendata kebutuhan disabilitas. Apa yang mereka perlukan, baru kemudian disesuaikan bentuk bantuannya,” ujar Rahman, Sabtu (8/11).

Menurut Rahman, penyandang disabilitas memiliki kebutuhan yang beragam tergantung kondisi dan aktivitasnya.

Ia mencontohkan sebagian difabel aktif bekerja dan membutuhkan dukungan berupa subsidi transportasi atau insentif mobilitas, bukan sekadar paket makanan.

Sedang Ribka Fitriani (40), warga Jalan HKSN Banjarmasin, yang juga orangtua anak penyandang autisme, menyebut wacana tersebut sebagai langkah positif.

 Hal tersebut karena difabel dan lansia merupakan golongan yang rentan secara ekonomi dan kesehatan.

Namun, ia menilai pelaksanaannya perlu dirancang lebih sensitif berkaitan kebutuhan masing-masing kelompok.

Menurutnya, anak-anak disabilitas sering punya kebutuhan gizi yang spesifik, bahkan ada yang kesulitan makan karena kondisi tertentu.

 “Jadi program MBG bisa membantu memastikan mereka tetap mendapat nutrisi optimal,” katanya.

Ribka menilai, pemberian MBG tak hanya berperan memenuhi kebutuhan dasar, tapi juga bisa meringankan beban keluarga yang selama ini harus mengalokasikan biaya besar untuk terapi dan pengobatan anak difabel.

“Biaya hidup kami kadang lebih tinggi dari keluarga lain. Kalau ada bantuan seperti MBG, dana yang biasa untuk makan bisa dipakai untuk terapi atau pendidikan anak,” jelasnya.

Dihubungi terpisah, Plt Sekretaris Dinas Sosial Kalsel, Muhammad Nanda, menyebut pihaknya belum menerima informasi resmi mengenai rencana perluasan program MBG ke penyandang disabilitas dan lansia.

Namun, ia menjelaskan program serupa sudah berjalan tiga tahun terakhir melalui bantuan “Per Makanan” yang disalurkan langsung oleh Kementerian Sosial melalui kelompok masyarakat (Pokmas) di beberapa daerah.

“Program per makanan ini sudah berjalan di Banjarmasin dan Tapin, sifatnya ditawarkan langsung dari Kementerian Sosial. Pokmas yang menyalurkan makanan ke lansia dan disabilitas,” ujarnya.

Nanda menambahkan beberapa daerah seperti Banjarbaru bahkan menggunakan APBD untuk melanjutkan program serupa secara mandiri.

Baca juga: Sayur dan Buah di Tiga Dapur MBG Martapura Kalsel Diambil Sampelnya, Begini Hasil Didapat

Ia menilai program ini merupakan cikal bakal dari kebijakan MBG yang saat ini berjalan.

“Tanpa MBG pun sebenarnya mereka sudah menerima program per makanan. Kalau nanti MBG juga diberikan ke lansia dan disabilitas, kami tentu mendukung,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyampaikan bahwa program MBG tahun depan akan menyasar sekitar 100.000 lansia dan lebih dari 30.000 penyandang disabilitas.

Rencana ini telah diajukan kepada Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/11). (sul/riz)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved