Kolom
Aneh Tapi Waras
Jabatan itu amanah, makin tinggi makin berat tanggung jawabnya. Begitulah ajaran agama. Dia menerima dan meyakini ajaran ini
Sejak muda, dia membenci korupsi dan bertekad mencegahnya. Dia percaya bahwa uang haram itu tidak berkah dan akan merusak hidup manusia. Karena itu, dia terapkan sistem non-tunai dalam transaksi keuangan kantor. Dia perkuat lembaga pengawasan.
Dia bahkan menegaskan bahwa siapa yang mengkhianatinya akan terkutuk. Ada yang takut dan taat, tetapi ada pula yang tidak. Ada yang menerapkan peraturan keuangan untuk orang lain, tetapi tidak untuk diri sendiri. Ada yang diam-diam mencari celah, dan tertawa ria ketika berhasil mengambil keuntungan pribadi.
Ketika ada layanan yang terlambat, atau dia menunda proses usul naik pangkat bawahannya, orang-orang mencurigainya. Padahal, masalahnya karena syarat yang belum terpenuhi. Begitu pula ketika dia tidak mau membantu program tertentu yang berpotensi merusak integritas, mereka malah menuduhnya mempersulit.
Orang-orang juga mengeluh, mengapa dulu boleh, sekarang tidak boleh. Padahal, peraturan memang sudah berubah, atau yang dulu boleh itu sebenarnya pelanggaran, tapi dibiarkan. Dia akhirnya bilang, “Mari membiasakan yang benar. Jangan membenarkan yang biasa”.
Sebagai pejabat, dia mula-mula hanya ingin bekerja. Tak perlu banyak berita. Dia tidak suka pamer dan pencitraan. Apalagi dia tahu, banyak orang yang tak suka kalau dia berhasil. Pemberitaan akan membuat mereka itu tambah gatal.
Namun, rupanya di zaman tsunami informasi ini, jika tak sering muncul dalam berita dan tak tampak di media sosial, seorang pejabat dianggap tidak bekerja. Dia akhirnya juga ikut menggalakkan berita kegiatan-kegiatannya. Paling kurang, berita-berita itu menjadi arsip dan dokumentasi baginya. Dia sadar, orang yang benci takkan mudah berubah jadi suka.
Sebagai manusia, wajar jika dia tak nyaman mendengar hujatan para pembenci. Pernah dia ditawari seseorang yang berwenang untuk membongkar aib-aib para pembenci itu, tetapi dia menolak. “Saya di sini ingin bekerja, bukan untuk menjebloskan orang ke penjara,” katanya.
Kadangkala dia heran melihat para pembenci itu. Karena tak terpilih jadi kapten, mereka tak segan berusaha melobangi kapal yang mereka tumpangi sendiri. Lain waktu, seorang pembenci yang tega memfitnahnya, justru dengan tebal muka tanpa malu menemuinya, meminta jabatan padanya.
Sekarang, setelah saya pikir-pikir, sebenarnya dia itu waras, bukan aneh. Dia boleh disebut aneh, jika maknanya adalah seperti dalam hadis Nabi: “Islam mula-mula datang dalam keadaan asing, dan kelak akan menjadi asing. Beruntunglah orang-orang asing” (HR Muslim). (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.