Opini Publik

Menagih Komitmen Keberpihakan Para Capres Terhadap Pendidikan

Rakyat menagih komitmen keberpihakan para capres cawapres terhadap rencana-rencana kebijakan pendidikan yang akan dilakukan

Editor: Hari Widodo
istimewa
Pengamat Pendidikan, Dosen FKIP ULM Banjarmasin, Moh Yamin. 

Kita pun, dengan kondisi demikian, tidak memiliki banyak harapan terjadi perubahan mendasar dalam konteks memerangi kemiskinan pendidikan, memberantas penderitaan pendidikan.

Romo Benny Susetyo pernah mengatakan, selama pendidikan kemudian menjadi komoditas politik, maka sampai kapanpun perubahan kemajuan melalui pendidikan yang mencerdaskan, mencerahkan, dan membangun peradaban ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Akan selalu terjadi politisasi pendidikan sebab niat mengurusi pendidikan bukan karena perjuangan menaikkan kelas sosial dan kelas kesadaran setiap anak negeri menjadi melek dan sadar pendidikan, mengutip pendapat Paulo Freire.

Pendidikan seutuhnya adalah investasi masa depan dan ini bermakna bahwa siapapun presiden dan wakil presiden yang menahkodai republik ini sudah seharusnya berpandangan pendidikan untuk masa depan bangsa ke depan.

Apabila harapan kita semua adalah melahirkan generasi emas di usia 100 tahun Indonesia merdeka di tahun 2045, maka sudah semestinya kelompok elit di negeri ini membuang jauh pikiran-pikiran kerdil dan sempit yang semata menempatkan pendidikan sebagai jargon politik untuk mengeruk suara para pemilih.

Masih Belum Tegas

Setiap calon presiden dan wakil presiden memiliki pandangannya secara sendiri-sendiri tentang pendidikan, namun umumnya masih berkecenderungan kepada memperjuangkan alokasi anggaran pendidikan 20 persen, dana/anggaran dan fasilitas.

Padadal selain dari hal tersebut, ada yang jauh yang lebih penting yakni bagaimana menempatkan pendidikan sebagai lokus perubahan bagi kehidupan anak didik sehingga diperlukan kerjasama antara sekolah, masyarakat, dan keluarga.

Tampaknya, hal-hal substantif demikian belum sepenuhnya dielaborasi dengan sedemikian serius.

Pendidikan dan hasil berpendidikan, diakui maupun tidak, tidak bisa dilihat saat ini dalam hitungan bulan atau tahun, namun dalam rentang puluhan tahun.

Ini berarti bahwa sudah semestinya memetakan rencana-rencana kebijakan pendidikan apa yang mesti dilakukan untuk mendorong setiap anak didik belajar dengan tantangan hidup lebih berat di masa depan semestinya dibaca, diulas, dirumuskan, dan disiapkan.

Mengurus dan mendiskusikan pendidikan, kita semua sepakat, tidak seseksi mengurus ekonomi yang dapat dikalkulasi untung ruginya atau sumber daya alam atau hal-hal lain yang tampak hasilnya di depan mata. Para calon presiden dan wakil presiden penting membaca dan memahami urgensi pendidikan di masa depan agar masyarakat pemilih menjadi sadar dan melek janji-janji para capres beserta cawapresnya untuk masa depan pendidikan ke depan.

Rakyat menagih komitmen keberpihakan para capres cawapres terhadap rencana-rencana kebijakan pendidikan yang akan dilakukan. Biarkan rakyat pemilih yang menilai dari gagasan-gagasan hebat para calon pemimpinnya agar mereka bisa menitipkan suara politiknya (vox populi vox dei) di tempat pemungutan suara (TPS) melalui kotak suara yang disediakan untuk diperjuangkan setelah mereka terpilih, dilantik, dan diambil sumpah jabatan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved